Place Your Ad
Place Your Ad
Iklan
BeritaEkonomiHukum & KriminalKepulauan Tanimbar

Teror Bisnis di Saumlaki: Fikli Diancam Hengkang, Nasri Dibungkam Tekanan

×

Teror Bisnis di Saumlaki: Fikli Diancam Hengkang, Nasri Dibungkam Tekanan

Sebarkan artikel ini

Saumlaki, Kapatanews.com – Ketegangan menyelimuti dunia usaha kuliner di Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Seorang pemilik rumah makan lokal, Nasri, mengungkap kisah menegangkan yang dialaminya akibat tekanan dan ancaman dari sejumlah pihak berpengaruh. Semua bermula dari kehadiran kembali seorang bartender bernama Fikli, yang bekerja di rumah makan milik Nasri, Nass Coffee.

 

Scroll Keatas
Example 300x450
Scroll Kebawah

Fikli, yang sebelumnya bekerja di salah satu rumah makan di Jalan Poros dengan nama besar Tiga Koki, memilih mundur dan kembali ke kampung halamannya di Manado. Beberapa waktu kemudian, Fikli kembali ke Saumlaki setelah diminta oleh Nasri untuk bergabung sebagai bartender di Nass Coffee. Namun, kehadiran Fikli justru memantik bara konflik tersembunyi.

Baru seminggu bekerja, Nasri dijemput oleh seorang pria yang dikenal luas bernama Koko Ai bersama sopirnya. Mereka menjemput Nasri menggunakan mobil dan membawa dia untuk berbicara empat mata.

Dalam mobil, menurut pengakuan Nasri, ada dirinya, Koko Ai, dan sopir. Percakapan berlangsung tegang. “Koko Ai meminta agar Fikli tidak boleh lagi bekerja di sini, dan harus keluar dari Saumlaki,” tutur Nasri dengan wajah cemas.

Nasri menyatakan keterkejutannya atas permintaan tersebut. Menurut penuturan Koko Ai, pihak dari rumah makan sebelumnya merasa Fikli ‘dihasut’ untuk pindah bekerja ke tempat Nasri. “Padahal, Fikli sendiri yang memutuskan untuk mengundurkan diri dan pulang ke Manado,” jelas Nasri, masih dengan nada tak percaya.

Peristiwa demi peristiwa bergulir sejak Fikli mulai bekerja kembali pada 1 Juni 2025. Setelah pertemuan dalam mobil itu, tekanan demi tekanan tidak berhenti. Sekitar seminggu kemudian, Latoy pengusaha asal Buton menghubungi Nasri dan meminta bertemu. Karena kesibukan, pertemuan baru terjadi malam berikutnya di rumah makan Nass Coffee.

Semua tekanan bermuara di Saumlaki, kota kecil di ujung tenggara Maluku yang kini menyimpan cerita kelam di balik geliat kuliner. Lokasi-lokasi pertemuan tersebar: mulai dari dalam mobil di Jalan Poros, rumah makan milik Nasri, hingga rumah pribadi milik Latoy, tempat Nasri kembali mendapat tekanan.

Pertemuan dengan Latoy menjadi titik balik tekanan mental terhadap Nasri. Menurutnya, Latoy menyampaikan bahwa “atas” merujuk pada pengelola Tiga Koki telah kembali menghubungi dan merasa terganggu. “Latoy bilang, ‘su tahu toh, jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mereka ini punya uang dan kekuasaan’,” kata Nasri.

Nasri mengaku mulai takut. Ia merasa posisinya sebagai pengusaha kecil terancam. Ia pun menyampaikan kondisi ini kepada Fikli. Namun, ia belum mengambil keputusan untuk memecat Fikli karena tidak ada alasan hukum atau profesional yang kuat.

Tekanan makin menggila. Pada Jumat, 20 Juni 2025, Latoy kembali menghubungi Nasri dan memintanya datang ke rumah. Di sana, Nasri bertemu dengan seorang tokoh Buton, Lamena. Lamena menyampaikan pesan yang mengejutkan: Fikli harus diberhentikan pada Sabtu, 21 Juni 2025. Bila tidak, bisa terjadi sesuatu yang “tidak diinginkan”.

“Lamena bilang, dia hanya prihatin sebagai sesama Buton. Kalau saya tidak berhentikan Fikli, nanti usaha saya bisa bermasalah. Katanya demi keamanan usaha dan diri saya,” cerita Nasri dengan wajah serius dan suara bergetar.

Merasa tidak aman, Nasri akhirnya memutuskan untuk membuka suara kepada media. “Saya hanya ingin tenang jalankan usaha. Saya takut, betul-betul takut. Ini bukan sekadar persaingan usaha, ini sudah seperti intimidasi yang bisa bikin orang hilang arah,” katanya, sembari mengamati sekeliling seperti mencari mata-mata yang mengawasi.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak-pihak yang disebutkan, termasuk Koko Ai, Latoy, dan Lamena belum berhasil dikonfirmasi. Redaksi KapataNews masih berupaya untuk menghubungi mereka demi keseimbangan pemberitaan.

Namun satu hal yang jelas: aroma busuk kekuasaan, uang, dan pengaruh telah menyusup sampai ke meja-meja kopi dan gelas-gelas bartender. Di tengah geliat pariwisata dan ekonomi Saumlaki yang mulai tumbuh, ada suara-suara sunyi yang tercekik dalam kegelapan.

Nasri kini berjalan di atas bara. Jika suara ini diabaikan, bukan tidak mungkin kisah seram ini menjadi babak awal dari kisah-kisah gelap lain di balik lampu-lampu restoran kota kecil ini. (KN-07)

Ikuti Kami untuk Informasi menarik lainnya dari KAPATANEWS.COM Di CHANNEL TELEGRAM Dan CHANNEL WHATSAPP
Place Your Ad