Saumlaki, Kapatanews.com – Aroma busuk korupsi kembali menyelimuti langit Kepulauan Tanimbar. Kali ini, proyek bernilai miliaran rupiah berupa Pengadaan dan Pemasangan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) di Jalan Insinyur Soekarno, yang seharusnya menjadi terang jalan, justru berubah menjadi gelap penuh misteri. tiang lampu tidak dibelanjakan hanya kabut kecurangan yang menyelimuti.
Alexander Belay, Koordinator Forum Cinta Bumi Tanimbar (FCBT), meledakkan kegeramannya ke publik. Ia mendesak keras Kepala Dinas Cipta Karya Abraham Jaolat dan Bupati Kepulauan Tanimbar Ricky Jauwerissa untuk tidak bersembunyi di balik meja kekuasaan.
“Jangan tunggu rakyat ngamuk baru kalian mau bicara! Uang rakyat Rp1,7 miliar bukan daun kering yang bisa ditiup angin,” sembur Alexander.
Menurutnya, proyek yang dimenangkan oleh CV Cipta Teknik Dua Sembilan itu tak ubahnya proyek hantu.
“Tiang lampu tidak dibelanjakan. Tidak masuk dalam item pekerjaan, tapi dananya tetap digasak habis. Ini proyek siluman, pembegalan uang negara secara terang-terangan!” katanya dengan nada tajam.
Alexander mencium bau kolusi yang menyengat dari dalam lingkaran kekuasaan. Ia mengungkap bahwa pelaksana lapangan adalah menantu dari seorang tokoh kuat di Tanimbar, Agus Thiodorus.
“Ini bukan kebetulan. Ini konspirasi tingkat tinggi antara kontraktor luar dan mafia lokal. Mereka hisap uang rakyat,” ujar Alexander.
Lebih menyeramkan, proyek ini disinyalir memang sudah direkayasa sejak tahap tender. Penunjukan pelaksana lapangan yang berasal dari lingkaran dalam elit pemerintahan memperkuat dugaan bahwa proyek ini sengaja dikendalikan dari balik layar kekuasaan.
“Diduga Mereka tidak hanya merampok uang, tapi juga mempermalukan harga diri rakyat Tanimbar,” lanjutnya.
Kondisi jalan masuk menuju Bandara Mathilda Batlayeri yang gelap gulita juga menjadi sorotan. “Mana lampu-lampu itu? Bandara adalah pintu gerbang daerah. Kalau jalan masuk saja dibiarkan gelap, itu pertanda gelapnya hati para penguasa kita,” kecam Alexander. Ia pun meminta Bupati untuk memberikan klarifikasi terbuka.
“Kami bukan orang bodoh. Kami tahu proyek ini dimakan hidup-hidup oleh para tikus berdasi. Bupati jangan pura-pura tidak tahu! Ini di depan mata, di jantung wilayah pemerintahan, bukan di kampung terpencil,” tegasnya, penuh amarah.
Alexander juga mengutuk sikap diam Kepala Dinas Cipta Karya yang hingga kini bungkam seribu bahasa.
“Diam itu bukan emas. Diam dalam kasus korupsi adalah dosa! Kalau tidak bersalah, kenapa sembunyi? Jawab pertanyaan rakyat, jangan lari!” teriaknya.
Tak hanya itu, ia juga meminta aparat penegak hukum segera bertindak. “Kejaksaan, Polres, dan Inspektorat, buka matamu! Jangan tunggu mayat demokrasi baru kalian bergerak. Tangkap dan adili semua yang terlibat. Jangan tunggu rakyat bertindak sendiri!” ujarnya menantang.
Menurut Alexander, skandal ini bukan hanya pelanggaran hukum, tapi pengkhianatan terhadap amanat rakyat. Ia menegaskan bahwa proyek ini bukan untuk rakyat, tapi untuk menggemukkan perut mafia proyek.
“Setiap sen dari proyek itu adalah hak rakyat. Siapa pun yang menghisapnya, harus diseret ke muka hukum,” katanya tajam.
Ia juga menyerukan gerakan masyarakat sipil untuk bangkit melawan praktik korupsi berjubah pembangunan ini.
“Kalau dibiarkan, besok-besok yang dicuri bukan hanya uang, tapi masa depan anak-anak kita. Kita tidak boleh diam. Kita harus melawan!” seru Alexander penuh semangat.
Redaksi Kapatanews.com memastikan akan terus mengawal kasus ini hingga terang benderang. Karena dalam demokrasi, suara rakyat lebih tajam dari senjata, dan kebenaran tak akan bisa dikubur dengan tumpukan uang haram. Jika hukum tak mampu menjerat, maka rakyat akan mengguncang singgasana para pembohong yang berselimut proyek. (KN-07)