Place Your Ad
Place Your Ad
Iklan
BeritaSeni & Budaya

Cerita Dari Upacara Tutup Simaloa Amano Leilisal Benusa 2025

×

Cerita Dari Upacara Tutup Simaloa Amano Leilisal Benusa 2025

Sebarkan artikel ini
Cerita Dari Upacara Tutup Simaloa Amano Leilisal Benusa 2025.

Itawaka, Kapatanews.com — Bunyi tifa nyaring menghentak, suara tiupan kuli bia dan lincah kaki-kaki anak negeri menari cakalele telah menghiasi negeri Itawaka, Saparua, Maluku Tengah pada Jumat lalu ( 4/4/2025).

Amano Leilisal Benusa (nama Teon negeri Itawaka/ Titawaka) terlihat begitu ramai dalam gempita dan balutan sakralitas sebuah prosesi adat.

Nuansa sakralitas adat yang kental pekat semacam ini semakin memekatkan sekeliling. Garing Irama tifa bertalu-talu, nada sakral yang mengalun dari tiupan kuli bia sudah menyeruak berpadu bersama cakalele yang heroik menjadi satu simphony adat budaya, simphony kearifan lokal.

Kesemuanya itu sudah terlanjur jauh merindingkan bulu kuduk tanah, air, udara, hingga atmosfir negeri bersama penghuninya ini.

Beberapa saat kemudian tibalah waktu bagi Upulatu Amano Leilisal Benusa Wilhelm. A. Wattimena memasuki tempat pelaksanaan kegiatan di Baileo Simaloa Amano Leilisal Benusa.

Raja Negeri Itawaka : W. A. Wattimena bersama Kapitan Tomoloono, Maikhel Papilaya. F.IST

Lincah tumit heroik para Kapitan dan garing menyentak suara tifa dan tiupan kuli bia seolah sudah turut sama-sama menari Cakalele untuk mengiringi kedatangan sang Upulatu.

Sopi dituangkan diatas gelas sebagai minuman jamuan. Sirih pinang turut pula disajikan sebagai tata krama kearifan lokal menjamu tamu.

Itulah sepintas gambaran acara puncak tutup Simaloa Amano Leilisal Benusa, yang turut dihadiri oleh Raja Negeri Noloth berserta Saniri Negeri serta anak negeri Itawaka yang sempat jadi Finalis Putri Indonesia 2025, Sharon Sahetapy.

Promosi Budaya

Finalis Puteri Indonesia 2025 Sharon Sahetapy melihat Pelaksanaan Upacara adat tutup Simaloa Amano Leilisal Benusa negeri Itawaka Saparua bukan hanya sebuah prosesi adat biasa tapi sudah harus dimaknai sebagai
sebagai bagian dari promosi budaya dan pariwisata khususnya untuk ajang Putri Indonesia.

“Saya hadir disini bukan cuma sebagai anak negeri, tapi kegiatan ini sudah harus kita promosikan sebagai sebuah promosi budaya, minimal untuk ajang Puteri Indonesia ” ucapnya.

Simaloa Amano Leilisal Benusa (Baileo) memiliki 30 Tiang sebagai simbol dan lambang kepemilikan Dati oleh orang atau marga tertentu yang ada di negeri Itawaka.

Prosesi upacara tutup Simaloa ini di lakukan setiap 5 tahun sekali dengan dua tahapan pelaksanaan upacara adat.
Tahapan pertama yakni pemasangan Atsaul (atap) pertama tepat jam 10.00 WIT dan tahap kedua yaitu tutup bungang-bungang tepat jam 18.00 WIT.

Pemasangan Astaul ( Atap) pertama oleh kepala Soa Italili dan kepala Soa Selili). F.IST

Dalam iringan tifa dan cakalele, upacara pemasangan Atsul (Atap) pertama ini dilakukan oleh Kepala Soa Italili Frans Papilaya dan Kepala Soa Selili Demsy Matulesy, setelah pemasangan Atsaul pertama selesai, dilanjutkan dengan Pemasangan Astaul berikutnya oleh para pemilik soa dan warga masyarakat Amano Leilisal lainnya.

Prosesi upacara adat tutup Simaloa Amano Leilisal Benusa tahap pertama ini berlangsung dari jam 10 pagi -jam 15.00WIT.

Setelahnya pelaksanan prosesi memasuki tahap ke dua atau paling terakhir yaitu tutup bungang-bungang, yang dimulai tepat pukul 18.00 WIT.

Sebanyak 10 orang yang secara adat terindifikasi sebagai pemilik tiang / Dati yang sah dalam Simaloa Amano Leilisal Benusa hadir untuk prosesi ini.

Upacara adat tutup Simaloa Amano Leilisal Benusa ini pun akhirnya selesai dan berakhir tepat pukul 18.30.00 WIT.

Sampe Bakudapa 5 taong mendatang di Amano Leilisal Benusa. (KN-01)

Ikuti Kami di Channel Telegram untuk Informasi menarik lainnya dari KAPATANEWS.COM Di CHANNEL TELEGRAM
Place Your Ad
Place Your Ad