Saumlaki, Kapatanews.com – Mario menyatakan kekecewaannya dan mengklarifikasi keterlibatannya dalam pemberitaan terkait aksi demonstrasi di depan Kantor Inpex Masela di Jakarta pada Senin (3/11). Ia menegaskan bahwa namanya dibawa tanpa seizin dirinya.
Mario menuturkan, dirinya tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti yang diberitakan, apalagi menuduh Simon Batmomolin soal uang transportasi Rp200 ribu. Ia menyebut tuduhan itu sama sekali tidak benar.
“Saya merasa tidak pernah mengeluarkan pernyataan semacam itu, apalagi menuduh Bung Simon Batmomolin terkait uang transportasi Rp200 ribu. Itu sangat tidak benar,” ungkap Mario.
Ia menambahkan, kesalahpahaman itu muncul setelah ada kabar yang menyebut dirinya termasuk dalam pihak yang menuding koordinator lapangan terhadap aksi demo.
Menurut Mario, informasi tersebut telah dimanipulasi oleh pihak tertentu yang ingin memperkeruh suasana.
“Informasi yang disampaikan sebelumnya setelah ditelusuri ada oknum bernama Doljer Unawekla yang mencoba memprovokasi aksi tersebut,” tegasnya.
Mario menjelaskan, oknum yang disebutnya itu kini berada di Jakarta dan sedang dicari oleh sejumlah peserta aksi.
Ia menegaskan, dirinya tidak memiliki keterlibatan dalam pengaturan aksi maupun urusan uang transport.
“Saya hanya ikut aksi untuk mendengar dan melihat situasi. Tidak ada urusan dengan janji uang atau pembayaran apapun,” tuturnya.
Ia pun menyampaikan rasa kecewanya atas informasi yang disampaikan telah mencatut namanya.
Menurutnya, tindakan seperti itu bisa menimbulkan persepsi keliru di masyarakat.
“Nama saya dibawa tanpa sepengetahuan, saya tidak pernah bicara begitu,”katanya.
Sementara itu, Doljer Unawekla membenarkan adanya percakapan usai aksi demonstrasi di depan Kantor Inpex Masela.
Ia menuturkan, setelah aksi selesai, para peserta pulang ke rumah masing-masing sambil membicarakan kelanjutan janji uang transportasi Rp200 ribu yang belum diterima.
“Tadi selesai demo, lalu mereka pulang. Saya tanya, bagaimana perkembangan demo hal-hal sudah cair atau belum ? Mereka bilang ke saya bahwa kakak, kami lagi cari anak yang pakai topi merah itu, karena mereka tidak tahu nama. Jadi mereka bilang topi merah,” ungkapnya.
Ia menambahkan, peserta menyebut bahwa anak yang dimaksud merupakan bagian dari kelompok koordinator lapangan yang mengatur peserta demo. Namun, hingga aksi berakhir, uang yang dijanjikan belum dibayarkan.
“Lalu Saya bilang, dia kenapa? dan mereka mengatakan, dia belum bayar anak-anak demo separuh. Kemudian Simon ini, sudah keluar dari grup WhatsApp. Kami telepon tapi dia tidak aktif,” jelasnya. (KN-07)











