Place Your Ad
Place Your Ad
Iklan
Berita

Pdt. Yusak Weriratan: Inpex Adalah Berkat Tuhan

×

Pdt. Yusak Weriratan: Inpex Adalah Berkat Tuhan

Sebarkan artikel ini
Example 300x450

Saumlaki, Kapatanews.com – Siang itu, langit Tanimbar memantulkan cahaya keemasan di atas laut yang beriak pelan. Dari rumah sederhananya, suara Pdt. Yusak Weriratan terdengar lembut namun mantap melalui sambungan telepon, menyampaikan pesan yang penuh keyakinan dan kasih.

“Tinggalkan ego dan kita sambut berkat Tuhan lewat Inpex Masela,” ujarnya.

Scroll Keatas
Example 300x450
Scroll Kebawah

Kalimat itu tak sekadar seruan, tetapi sebuah ajakan tulus bagi masyarakat Tanimbar untuk melihat perubahan sebagai bagian dari rencana ilahi yang lebih besar.

Bagi Weriratan, Inpex Masela Ltd. bukan hanya perusahaan migas. Ia memandangnya sebagai pintu berkat yang terbuka bagi tanah Duan Lolat sebuah kesempatan langka untuk keluar dari lingkaran kemiskinan ekstrim dan ketertinggalan yang telah lama menghantui wilayah ini.

Sore menjelang malam di Saumlaki, semilir angin laut membawa aroma asin khas pantai. Di kejauhan, kapal-kapal nelayan kembali bersandar, menandai rutinitas masyarakat yang menggantungkan hidup dari laut dan harapan.

Dalam percakapan itu, Weriratan menegaskan kembali imannya bahwa Tuhan bekerja melalui banyak cara, termasuk lewat pembangunan besar seperti proyek migas. Ia percaya, Inpex bukan kebetulan, melainkan bagian dari rencana untuk mengangkat harkat Tanimbar.

“Masyarakat harus mampu melihat kehadiran Inpex Masela sebagai bagian dari berkat Tuhan yang membawa perubahan besar bagi tanah Duan Lolat,” katanya penuh keyakinan.

Ditengah beragam pandangan tentang proyek besar itu, suaranya terdengar seperti penyejuk di tengah panas perdebatan. Ia berbicara tanpa pretensi, hanya dari hati yang ingin melihat bangsanya maju dengan cara yang bermartabat.

Sebagai pendiri Yayasan Solagracia, Weriratan bukan sosok baru di dunia sosial dan pendidikan. Bertahun-tahun ia melayani masyarakat Tanimbar, membantu anak-anak dari keluarga sederhana agar bisa bersekolah dan bermimpi lebih tinggi.

“Inpex Masela telah memberikan dampak positif kepada dunia pendidikan dan lebih lagi dampak kepada dunia sosial di Bumi Duan Lolat tercinta,” tuturnya.

Suaranya tenang, tapi di baliknya tersimpan rasa syukur mendalam atas perubahan kecil yang mulai tampak.

Ia tahu, pendidikan adalah kunci masa depan. Karena itu, setiap bentuk dukungan, sekecil apa pun, baginya sangat berarti. Apalagi bila datang dari pihak luar yang menunjukkan perhatian tulus bagi masa depan anak-anak Tanimbar.

Di ruang kerjanya yang sederhana, tumpukan dokumen dan buku-buku rohani berjejer rapi. Di atas meja, ada foto anak-anak binaannya yang kini sudah kuliah. Itulah yang membuatnya terus percaya bahwa perubahan adalah mungkin.

“Kerja sama yang baik antara masyarakat lokal dan perusahaan akan mempercepat peningkatan kesejahteraan, terutama di bidang pendidikan generasi muda Duan Lolat,” katanya menambahkan.

Ia percaya, kesejahteraan tidak datang begitu saja. Dibutuhkan keterbukaan hati dan kemauan untuk bekerja bersama, bukan saling menjatuhkan atau mencurigai.

“Kalau kita terpecah, berkat itu bisa berlalu begitu saja,” katanya lirih.

Weriratan memahami, proyek besar seperti Inpex pasti membawa pro dan kontra. Ada yang takut kehilangan jati diri, ada pula yang khawatir terhadap dampak lingkungan. Namun, baginya, yang terpenting adalah sikap hati dalam menyikapi perubahan.

“Harapan kita sebagai anak-anak Duan Lolat harus mengedepankan budaya yang diturunkan oleh leluhur dalam melihat ke depan perubahan yang akan berdampak guna bagi banyak orang,” ujarnya penuh makna.

Ia mengingatkan, budaya Duan Lolat selalu menempatkan nilai gotong royong dan kebersamaan di atas segalanya.

“Kita ini anak Duan Lolat. Kalau bersatu, apa pun bisa kita hadapi,” ucapnya menegaskan dengan nada tegas namun bersahabat.

Malam mulai turun perlahan di Saumlaki. Lampu-lampu jalan menyala, menerangi gang sempit yang dipenuhi suara anak-anak bermain. Dalam suasana seperti itu, kata-kata Weriratan terasa hangat, seperti doa yang dihembuskan di antara angin laut.

Ia menyadari bahwa banyak warga masih bingung terhadap kehadiran Inpex. Namun, menurutnya, justru di sanalah iman diuji apakah masyarakat mau melihat dengan mata curiga, atau dengan hati yang penuh pengharapan.

“Setiap perubahan besar pasti membawa tantangan,katanya pelan, namun jika dihadapi dengan kebersamaan dan semangat budaya Duan Lolat, hasilnya akan menjadi berkat bagi seluruh masyarakat.”katanya.

Pernyataan itu menggambarkan keyakinan mendalam bahwa masyarakat lokal memegang kunci sukses pembangunan. Tanpa dukungan mereka, sebesar apa pun investasi, tak akan mampu mengubah wajah daerah secara berarti.

Di sisi lain, Weriratan juga menilai, kehadiran Inpex telah memberi contoh nyata tentang pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan. Program-program pendidikan dan sosial yang dijalankan menjadi bukti bahwa niat baik selalu menemukan jalannya.

Ia sering mengunjungi sekolah-sekolah. Di sana, ia menyaksikan semangat anak-anak belajar dengan fasilitas yang mulai membaik, berkat bantuan dari pihak perusahaan dan lembaganya.

“Saya percaya, Tuhan bekerja melalui banyak cara. Mungkin lewat Inpex ini, anak-anak kita bisa mendapat kesempatan lebih baik untuk menatap masa depan.”ucapnya satu kali.

Dalam pandangan Weriratan, pembangunan sejati bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang membangun manusia.

“Kita harus bangkit dengan cara yang terhormat, menjaga budaya, tapi juga membuka diri pada kemajuan,” ujarnya menegaskan.

Ia menolak pandangan bahwa menerima perusahaan besar berarti kehilangan identitas.

“Tidak. Justru di sinilah kita diuji apakah kita mampu memegang nilai leluhur sambil menjemput masa depan,” tambahnya dengan nada reflektif.

Menurutnya, masyarakat Tanimbar harus belajar berdialog, bukan berkonflik. Ia mendorong semua pihak tokoh adat, gereja, pemerintah, dan perusahaan untuk duduk bersama demi masa depan bersama.

“Kita harus bersinergi demi kemajuan pendidikan, sosial, dan ekonomi,” ujarnya.

Baginya, sinergi itu bukan sekadar kerja sama teknis, tapi ikatan moral yang tumbuh dari saling percaya dan saling menghormati.

Di penghujung percakapan, Weriratan diam sejenak sebelum berbicara lagi.

“Saya ingin Tanimbar bangkit bukan karena uang, tapi karena kasih, yang menyatukan kita, bukan yang memecah.” katanya perlahan.

Di bawah langit malam yang bertabur bintang, suara pendeta itu menjadi gema harapan. Seolah menembus batas laut dan waktu, pesannya sederhana tapi dalam. ‘Bersatulah dalam kasih, sambut berkat Tuhan yang datang melalui perubahan.’(KN-07)

Ikuti Kami untuk Informasi menarik lainnya dari KAPATANEWS.COM Di CHANNEL TELEGRAM Dan CHANNEL WHATSAPP
Place Your Ad