Saumlaki, Kapatanews.com — Laut Seira menangis dalam diam. Di balik gelombang yang tenang, terjadi perampokan brutal terhadap salah satu kekayaan hayati paling berharga: telur ikan terbang. Aktivitas ini bukan hanya melibatkan kapal-kapal asing, tapi juga diduga dibekingi oleh sebagian pemuda lokal yang menjual integritas demi uang. Mafia laut bukan hanya datang dari luar mereka kini bersarang di rumah sendiri.
Alfred, seorang pemuda Seira yang dikenal sebagai pemerhati lingkungan, bersuara lantang terhadap kejahatan ini.
“Kami tidak bisa diam. Beberapa pemuda Seira Blawat sudah berubah. Mereka sekarang jadi pelindung para pelaku illegal fishing. Ini pengkhianatan terhadap laut, terhadap tanah leluhur,” tegas Alfred dengan mata yang menyala penuh kemarahan.
Nama-nama seperti Haji Amin alias Lamusu, Robin, dan Harsadi, menurut Alfred, sudah dikenal luas oleh masyarakat sebagai otak dari penjarahan telur ikan terbang secara ilegal. Lebih mengerikan lagi, aktivitas mereka ini dilindungi oleh sejumlah pemuda yang mestinya menjadi garda terdepan penjaga ekosistem laut Seira.
Menurut Alfred, para mafia ini tidak bekerja sendiri. Mereka membangun jaringan perlindungan yang melibatkan pemuda lokal yang telah “dibeli”, bahkan ada dugaan kuat keterlibatan oknum aparat.
“Mereka dapat uang dari mafia untuk tutup mulut, bahkan menghadang nelayan lain yang mau membongkar praktik ilegal ini. Sebagian besar nelayan lokal sudah takut melaut karena intimidasi. Seira kini jadi ladang jarahan, bukan tempat kehidupan,” lanjutnya.
Aktivitas pencurian telur ikan terbang ini tidak hanya menghancurkan mata pencaharian masyarakat, tetapi juga merusak ekosistem laut secara permanen. Proses penjarahan dilakukan tanpa batas, tanpa aturan, dan tanpa ampun seolah laut Seira tak bertuan.
Alfred bersama kelompok pemuda pemerhati lingkungan kini menyerukan agar aparat penegak hukum, terutama Pol Air, segera mengambil tindakan tegas. Mereka menuntut pembubaran jaringan pelindung mafia laut yang melibatkan pemuda Seira dan penindakan terhadap dalang utama kejahatan ini.
“Jangan tunggu konflik terbuka! Jangan biarkan rakyat ambil hukum di tangan sendiri. Tangkap para pelaku, adili mereka. Jangan lindungi pengkhianat!” seru Alfred dengan nada tinggi.
Ia juga meminta pemerintah daerah dan lembaga adat untuk turun tangan. Jika tidak, kata Alfred, generasi muda Seira akan tumbuh tanpa masa depan, karena laut yang harusnya menjadi warisan kini berubah jadi ladang kehancuran.
Malam di Seira semakin mencekam. Tidak hanya karena gelapnya langit, tetapi karena bayang-bayang pengkhianatan yang menyelimuti lautnya. Jika kejahatan ini terus dibiarkan, bukan hanya ikan yang lenyap, tapi harga diri orang Seira akan hilang ditelan ombak kerakusan (KN-07)