Ambon,Kapatanews.com – Ibarat cinta,kekuasan juga memiliki magnet bagi setiap orang untuk memainkan peran agar tetap terlihat memiliki power. Hal ini terlihat jelas dalam diri seorang Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath, dimana diirnya selalu menunjukan rasa galaunya ketika perannya sangat terbatas dan dibatasi oleh oleh Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa
Jika melihat semua yang dilakukan Wagub dalam pernyataanya di ruang publik yang selalu membuat gaduh, bisa dikatakan Abdullah Vanath telah menunjukan kebodohannya, dimana dirinya sudah tiidak lagi malu-malu untuk mengumbar isi perut pemerintahan di Maluku hanya karena perannya sebagai Wakil Gubernur yang hanya sampai di tanjung Alang
Keterbatasan peran AV inilah yang mumbuat dirnya lupa diri, bahwa apa yang ia sampaikan ke ruang publik sudah tidak lagi memilki “Etika Jabatan”. Baginya jabatannya saat ini harus dihargai dan harus memilki porsi yang sama dengan HL, minimal 30% seperti yang ia sampaikan dalam video yang beredar luas tersebut

Dirinya lupa bahwa ada nilai dari sebuah pernyataan publik yang harus dipertanggungjawabkan oleh ia sendiri sebagai seoarang Wakil Gubernur.
Pengalaman dirinya sebagai mantan Bupati SBT 2 Periode membuat dirinya candu dan bucin kekuasan, seakan-akan dirinya adalah seorang Gubernur
AV telah membuka mata publik bahwa dirinya adalah “Budak cinta (Bucin) Kekuasaan” ibarat seorang bayi yang selalu teriak dan menangis jika lapar,haus ataupun kencing.
Oh ia, bucinnya Abdulah Vanath terhadap kekuasaan ini, seakan-akan ia adalah pribadi yang paling benar,hebat dan hanya dirinya yang paling mencintai rakyat Maluku.
Perhatian dan cinta yang tak lagi ia dapatkan dalam ruang kekuasan, membuatnya” Paranoid” sehingga membuatnya berpaling ke orang ketiga yaitu rakyat. Ia butuh” Validasi” rakyat akan jati dirinya sebagai seorang Wakil Gubernur

HL Memilih Stecu,Rakyat Tetap Cinta
Beda Abudalah Vanath, beda pula Hendrik Lewerissa. Jika seorang Abudalah Vanath yang begitu Bucin kekuasaan dan butuh Validasi rakyat dengan segala curhatan dan propagandanya di ruang publik tetapi bagi seorang Hendrik Lewerissa tetap memilih diam dan ” Stelan Cuek” (Stecu) . Sikap Stecu sang Gubernur tersebut membuat sang Wagub meradang dan emosional
HL lebih memilih bekerja dari pada mengurusi hal-hal yang tidak produktif terhadap apa yang diumbar oleh AV. Rakyat butuh kerja bukan omon-omon doang,itulah yang ditunjukan HL saat ini
Dalam pandangan kami, sikap “Stecu” HL ini sangat produktif dalam menghadapi seorang Abdullah Vanath yang selalu butuh Validasi. HL tidak butuh Validasi, yang dibutuhkan adalah kerja bagi rakyat, dengan kerja rakyat akan terus mencintai HL
Pengalaman dan pergaulan HL menempuh study S2 nya di Luar Negeri dan 1 Periode nya di DPR RI menjadikannya sebagai seorang Politisi Nasional yang memilki pergaulan luas dengan berbagai kalangan baik nasional maupun internasional sehingga membuat emosinalnya matang dalam menghadapi gaya dan karakterAbdulah Vanath
Bagi HL kerja buat rakyat adalah hal yang lebih penting, ia harus mempertangungjawabkan amanah dan kepercayaan rakyat ini sebaik mungkin.
Semoga dengan sikap Stecu sang Gubernur Maluku ini bisa membuat sang Wakil Gubernur menyadari bahwa ada hal yang keliru dibuatnya, sehingga Gubernur bersikap demikian dan lebih memilih Stecu terhadap diri dan perannya sebagai Wagub (Redaksi)





