Ambon,Kapatanews.com.- Resah dan gelisah bukan cuma ada dalam nyanyian lama Obie Mesakh, Kisah-Kasih Di Sekolah. Perasaan tak enakan semacam itu pun, ada juga dalam kisah perjalanan partai Demokrat di Maluku.
Merosotnya perolehan suara partai, berkurangnya kursi di parlemen tingkat Kabupaten/Kota serta Provinsi, kekalahan sejumlah kader Partai Bintang Mercy ini dalam perhelatan Pilkada maupun perginya satu demi satu tokoh-tokoh besar dan hengkangnya sejumlah kader muda partai dalam 20 tahun terakhir.
Telah menjadi alasan utama membuncahnya resah dan gelisah dalam sanubari orang-orang yang mencintai partai politik besutan Agus Harimurti Yudhoyono di Maluku.
Salah seorang Tokoh Senior Partai, Sesepuh sekaligus Pemegang Kartu Tanda Anggota (KTA) “Mula-Mula” Partai Demokrat di Maluku Ir Max Marcel Sahusilawane,M.T akhirnya bersuara atas fenomena destruktif yang melanda partai Demokrat.
Keresahan dan Kegelisahan yang melanda kebatinan politiknya ini, terangkum dalam wawancara ekslusif pada Selasa (8/04/2025) di Ambon. Berikut petikan wawancaranya.
———————–
*Selamat malam pak Marcel, Bagaimana kabar anda ?
–” Selamat malam Bung, Puji Tuhan saya selalu ada dalam kondisi yang bagus dan sehat. Tetap bekerja dan beraktivitas seperti biasa, sambil terus memantau perkembangan politik di Maluku ini, terutama Partai Demokrat.
*Pak Marcel, Apa yang anda temukan dari pantauan terhadap perkembangan politik di Maluku ini ?
–” Jadi begini Bung, dalam pandangan saya, Partai-Partai semua sibuk bekerja untuk membesarkan dirinya masing-masing. Terutama partai-partai besar seperti PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PKS bahkan PKB dan Perindo juga saya pantau semakin bagus. Hanya Partai Demokrat saja yang dalam 20 tahun terakhir ini semakin merosot.
*Apa alasan Demokrat merosot ?
—” Saya ini Masuk Demokrat Tahun 2003. Ketua umum waktu itu pak Hadi Utomo , Di Maluku ini dipimpin oleh pak Zeth (Ety) Manduapessy, artinya sudah masuk 22 tahun saya di Partai Demokrat, tidak pernah kemana-mana. Atas dasar itu saya berani bilang Demokrat di Maluku semakin merosot. Bung lihat sendiri dalam 20 tahun ini sejak pemilu 2004, perolehan suara Partai makin berkurang, kita sudah tidak lagi bisa meraih kursi DPR RI. Terakhir tahun 2009 lewat pak Sony Waplau. Sesudah itu kan tidak sama sekali.
Lalu, di level Kabupaten /Kota, kursi parlemen disana semakin hari semakin habis, apalagi pilkada, banyak kader-kader partai Demokrat mengalami kekalahan. Untunglah di Seram Bagian Barat itu, Asri Arman terpilih sebagai Bupati.
Untuk pemilihan Gubernur juga Demokrat mengalami nasib naas kan. Nah itu fakta-fakta politik di Maluku yang menjadi dasar saya sebut Demokrat makin hari makin merosot secara politik.
Yang paling terakhir kita lihat, Demokrat ini minim kader muda, anak-anak muda yang bagus-bagus di Maluku jadi malas masuk partai ini padahal ketua umumnya anak muda Inspiratif, cerdas. kepengurusan di DPP juga banyak yang muda-muda.
Nah ini bahaya besar, apalagi saya lihat dalam 20 tahun terakhir ini banyak anak muda potensial di Maluku ini yang berbondong-bondong tinggalkan Partai Demokrat. Lalu mereka jadi hebat dan berkembang pesat setelah hengkang dari partai ini, Contoh Boy Latuconsina yang hari ini sudah jadi Anggota DPD RI, itu dulu kader Demokrat tapi hengkang ke Golkar. Juga bagaimana Yoga Papilaya tinggalkan Demokrat ke Golkar dan jadi kader muda harapan Golkar Maluku hari ini. Contoh lain bagaimana Valentino Amahorseja ke Gerindra dan jadi besar disana, bahkan Gubernur Maluku pak Hendrik Lewerissa ini juga orang Demokrat dulu, pindah ke Gerindra. Ditangan beliau kita lihat Gerindra jadi besar di Maluku sedangkan Demokrat makin merosot.
Kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi, harus ada perubahan yang berarti. Tidak asal-asalan.
* Pak Marcel, Berarti Demokrat dalam 20 tahun ini bukan rumah besar politik yang nyaman bagi anak muda potensial di Maluku ?
—- Saya kira ada benarnya kalau kita ikuti dalam 20 tahun ini. Tapi sebetulnya ini soal kepemimpinan yang tidak bisa menciptakan suasana sejuk, suasana nyaman bagi adik-adik yang muda-muda, dan cerdas-cerdas itu.
Satu hal penting, Partai politik manapun kalau mau besar tidak boleh alergi dengan anak muda, mereka itu inspiratif dalam pergerakan. Mereka menciptakan ruang-ruang baru yang memperkaya dinamika perpolitikan di internal partai. Kalau mereka tampil di luar internal, ditengah masyarakat maka kelihatan elok dipandang, kita jadi bangga karena fungsi partai sebagai sarana rekruitmen politik itu kelihatan berhasil kan.
Nah ini salah satu masalah utama Demokrat di Maluku dalam 20 tahun ini.
* Terkait Perubahan yang sempat disinggung tadi, kira-kira seperti apa konkritnya menurut pak Marcel selaku sesepuh dan senior partai ?
— Bung, sebagai senior partai, yang sudah dianggap sesepuh dan kader asli partai ini di Maluku, saya mau tegaskan bahwa kalau Demokrat mau berkembang, bangkit dan bisa bersaing dengan partai lain maka harus rubah kepemimpinan, ganti kepemimpinan ke yang baru. Tidak ada pilihan lain ditengah persaingan kepartaian yang ketat di Maluku seperti saat ini.
Figur terbaik kedepan ini harus orang yang betul-betul mencintai partai ini dengan segenap jiwa raganya, dia sudah teruji kecakapan, kesetiaan, pengorbanan dalam riwayatnya berpartai Demokrat.
Bukan cuma sekedar pimpin partai buat sambung hidup dan cari makan,. Kalau yang begitu jadi saudagar saja.
Nah Demokrat Maluku juga tidak boleh lagi digadaikan buat politisi bermental dan berjiwa saudagar karena partai ini makin rusak. Sebab yang dipikirkan cuma untung rugi bagi pribadinya, keluarganya, koleganya,. Bukan bagi organisasi, bagi partai, bagi kader-kader banyak yang jatuh bangun, berkeringat dan berdarah-darah ini.
* Kira-kira siapa figur yang ideal untuk pimpin partai Demokrat di Maluku ini menurut kejujuran sanubari dan pengalaman politik Pak Marcel ?
— Hanya ada 2 yang ideal. Asri Arman dan Melkias Frans, mereka kader hebat yang harus dikasih kesempatan buat perbaiki dan bangun ulang partai ini di Maluku.
* Bagaimana dengan figur Wagub Abdullah Vanath, beliau juga dulu kan kader partai demokrat.
— saya kira beliau juga sangat layak, pernah memimpin Demokrat sebagai ketua DPD. tapi soal kembali memimpin itu tergantung keinginan beliau. Kita tidak bisa memaksakan beliau karena ini soal keinginan.
* Seperti apa Asri Arman dan Melky Frans di hadapan pak Marcel ?
— Asri itu orang yang tenang, tidak punya konflik dengan siapapun di Partai ini, mudah beradaptasi dan diterima oleh banyak kalangan, pengalaman politiknya panjang dari Anggota DPRD Maluku 3 periode sampai sekarang sudah jadi Bupati SBB.
Dan beliau itu tipe orang yang merangkul, tidak membeda-bedakan kader, semua orang duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dihadapannya.
Kalau Melky Frans itu kader Demokrat yang periang, artinya dia hadir dimana saja suasana jadi cair dan diterima pada semua kelompok. Dia juga punya pengalaman politik lumayan panjang di Partai ini, 2 kali jadi anggota DPRD Provinsi, pernah jadi sekretaris partai demokrat dampingi pak Abdullah Vanath. Dan yang paling utama mereka ini statusnya kader utama partai Demokrat.
Selain itu riwayat mereka dalam berkorban untuk partai tidak diragukan. Saya ini jadi saksi hidup bagaimana Melky Frans gadai sertifikat tanahnya di Gunung Nona sana demi bayar tunggakan di Swiss Bell Hotel Ambon waktu Musda Partai Demokrat 2017. Waktu itu dia (Melky Frans) ketua panitia Musda.
Orang seperti inilah yang harus dan layak pimpin partai, bukan yang datang cari makan dan sambung hidup dari partai.
Keduanya ini kalau dikawinkan pimpin partai Demokrat di Maluku saya kira sangat ideal, Asri Arman Ketua DPD, Melkias Frans jadi sekretaris DPD.
* Apakah sudah ada komunikasi politik dengan keduanya ?
— Sampai sekarang saya belum dengar soal itu, tapi saya sampaikan nama keduanya ini karena saya gelisah dengan kondisi partai ini yang makin hari makin merosot.
Kalau memang semua kader sepemikiran dengan saya maka tidak ada salahnya kira dorong ramai-ramai demi kebesaran dan kejayaan partai ini di Maluku.
* Apakah keduanya bisa merangkul potensi-potensi anak muda terbaik di Maluku ini sambil tetap menjaga potensi yang sudah ada di Partai Demokrat ?
—- Saya yakin bisa. Mereka berdua bisa jadi orang tua untuk semua termasuk anak-anak muda tadi. Mereka bisa jadi papa dan mama untuk mengatur partai ini. Yang kurang juga di Demokrat ini adalah semangat kekeluargaan.
Saya kasi contoh kalau ada pengurus partai yang sakit ataupun meninggal hampir tidak ada kepedulian. Prosesi pelepasan jenasah juga terkesan dipaksakan, berjalan sendiri-sendiri.
Setelah itu tidak ada pemberdayaan ataupun perhatian dalam bentuk sekecil apapun untuk keluarga yang ditinggalkan, padahal ini kan potensi yang harus kita jaga secara kekeluargaan. Bahwa hubungan itu terus berjalan kendati kader yang bersangkutan sudah wafat.
Saya percaya Asri Arman dan Melky Frans bisa memperbaiki hal ini karena keduanya punya jiwa merangkul, jiwa orang tua. Mereka matang secara politik, secara psikologi juga mereka telah selesai dengan dirinya.
* Pak Marcel, Kenapa tidak anda saja yang pimpin partai ini ?
—- saya kira ini pertanyaan bagus, nah saya sejak masuk partai ini tidak berniat untuk jadi pimpinan partai. Saya lebih suka ambil posisi sebagai orang yang memberi semangat, dorongan, kepada kader-kader agar mereka berkembang, partai jadi besar. Itu saja saya sudah amat puas. Itu dasar saya berpartai di sini dari 2003.
Intinya saya masuk partai ini tidak untuk orientasi jadi ini dan itu, saya lebih memilih ikut falsafah departemen pendidikan ” Tut Wuri Handayani”.
* Pertanyaan paling terakhir, Apa harapan anda Bagi Demokrat ?
—- Harapan saya ialah Partai ini harus dikelola secara baik, secara profesional supaya partai jadi besar di Maluku. Caranya lewat ganti kepemimpinan, agar ada nuansa baru, corak baru Demokrat Maluku. Corak yang betul-betul Nasionalis-Religus ala Maluku.
Dan kuncinya itu di ganti kepemimpinan dan mari kita buka pintu selebar lebarnya untuk semua orang datang ke Partai ini. Yang sudah ada disini kita jaga agar jangan lagi mereka tinggalkan kita.
Itu saja ya.. sekian dan terimakasih. Tutupnya. (KN03).