Ambon,Kapatanews.com- Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPD GAMKI) Provinsi Maluku mengecam keras insiden tawuran antar pelajar yang terjadi di Kota Ambon hari ini, Selasa (19/8/2025).
Aksi anarkis tersebut berujung maut, menewaskan seorang pelajar asal Hitu dan memicu bentrokan yang meluas di Desa Hunuth hingga aksi pembakaran rumah warga.
Peristiwa tawuran tersebut diketahui bermula dari perselisihan antar pelajar di kawasan Desa Hunuth, Kecamatan Teluk Ambon.
Insiden ini kemudian memicu ketegangan dan berujung pada aksi pembakaran menyebabkan sejumlah rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan, namun saat ini aparat keamanan telah menerjunkan personel gabungan untuk mengamankan lokasi dan meredam ketegangan.
Sekretaris DPD GAMKI Maluku, Dr. Fransina Latumahina, S. Hut.M.P. IPU, ASEAN ENG dalam keterangan persnya kepada media ini, Selasa (19/08/2025 menyatakan rasa duka yang mendalam atas meninggalnya korban.
“Kami sangat prihatin dan mengutuk keras tindakan kekerasan yang menghilangkan nyawa generasi muda dIhari ini. “ ini adalah tragedi yang seharusnya tidak perlu terjadi di kalangan pelajar yang adalah generasi muda bangsa” ujar Latumahina,
Menurutnya, tawuran pelajar yang terjadi di Hunuth hari ini, bukan lagi sekadar kenakalan remaja, tetapi sudah menjadi masalah serius yang mengancam masa depan generasi muda di Kota Ambon. “Akar permasalahan ini harus diselesaikan secara komprehensif, bukan hanya dengan penindakan hukum, tetapi juga dengan pendekatan pendidikan karakter dan pembinaan Rohani anak baik Kristen maupun Islam ” tambahnya.
Akademisi Fakultas Pertanian Unpatti ini, menegaskan bahwa tawuran pelajar adalah masalah yang kompleks, dan solusinya tidak bisa hanya diserahkan kepada satu pihak saja dimana peran orang tua dan guru sangat krusial karena mereka adalah figur utama yang membentuk karakter, moral, dan perilaku siswa.
Sinergi yang kuat antara rumah dan sekolah menjadi kunci utama dalam mencegah kekerasan yang seharusnya tidak perlu terjadi di hari ini yang juga bertepatan dengan perayaan HUT Propinsi Maluku ke – 80,tandas Latumahina.
Latumahina menjelaskan orang tua memiliki peran fundamental dalam membangun fondasi karakter anak, dimana orang tua dapat membangun Komunikasi terbuka dengan anak dan menciptakan suasana di mana anak merasa nyaman untuk bercerita dan berbagi masalah tanpa takut dihakimi.
“ Orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan teman curhat bagi anak, dan bukan sekadar pemberi perintah, karena dengan komunikasi yang baik, orang tua bisa lebih cepat mendeteksi perubahan sikap atau masalah yang dihadapi anak di luar rumah terutama di sekolah, “ ujar Latumahina.
Orang tua juga diminta untuk memberikan pemahaman tentang bahaya tawuran, dimana edukasi anak tentang konsekuensi serius dari tawuran, baik secara fisik (cedera, kematian) maupun hukum (penjara, catatan kriminal) sangat dibutuhkan secara terus menerus.
Ia meminta agar oran tua menanamkan nilai dan moral sejak dini dengan mengajarkan nilai-nilai penting seperti empati, toleransi, dan cara menyelesaikan konflik dengan damai. “ Anak yang dibekali dengan nilai-nilai ini sejak kecil akan lebih mampu menolak ajakan negatif dari teman sebaya, “ paparnya.
Lebuh lanjut, Latumahina menambahkan orang tua juga wajib memberikan dukungan emosional kepada anak dengan memastikan bahwa anak merasa dihargai dan disayang di rumah, karena anak yang merasa kurang perhatian atau kurang dihargai di rumah sering kali mencari pengakuan dari kelompok di luar, yang bisa jadi berujung pada kelompok yang suka tawuran.
“ Beri apresiasi atas pencapaian mereka, sekecil apa pun itu, tandasnya “. Latumahina menegaskan orang tua wajib mengawasi lingkungan pergaulan anak, dimana orang tua harus mengetahui dengan siapa anak mereka bergaul, kenali teman-temannya dan pantau aktivitas mereka di luar jam sekolah, termasuk di media sosial”
Sekretaris DPD GAMKI Maluku ini, menekankan bahwa sekolah adalah “rumah kedua” bagi siswa, dimana guru memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif..
Ia menegaskan seharusnya guru pada sekolah – sekolah yang siswanya bertikai dapat membangun Relasi yang Positif dengan Siswa, dimana Guru harus lebih dari sekadar pengajar, tapi juga sebagai pembimbing dan konselor, guru perlu memahami kondisi emosional dan psikologis siswa, serta peka terhadap potensi konflik yang mungkin timbul.
Lebih jauh ditekankan Latumahina bahwa guru pada Sekolah SMK yang bertikai hari ini sudah waktunya meningkatkan pengawasan dan Penegakan Aturan, dimana sekolah harus memperketat pengawasan di area-area rawan tawuran, sekolah membuat aturan yang jelas dan tegas tentang larangan kekerasan, dan terapkan sanksi yang adil tanpa kekerasan fisik, sehingga memberikan efek jera kepada siswa.
Ia meminta kepada sekolah agar dapat menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang positif bagi anak untuk mereka menyalurkan energi berlebih siswa ke dalam kegiatan yang produktif dan bermanfaat, seperti olahraga, seni, musik, atau organisasi sosial. “ Hal ini membantu mereka mengembangkan bakat dan minat, serta membangun rasa kebersamaan yang positif, “ ujar Latumahina.
Latumahina juga meminta agar guru terus bekerja sama dengan orang tua dapat terus dijaga, bangun komunikasi yang erat dengan orang tua siswa, misalnya melalui pertemuan rutin atau grup komunikasi online, memberikan laporan berkala tentang perkembangan siswa dan libatkan orang tua dalam setiap program pencegahan tawuran.
Dikatakannya,melalui sinergi yang kuat antara rumah dan sekolah, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang siswa menjadi pribadi yang berempati, bertanggung jawab, dan mampu menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.
GAMKI Maluku mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini dan menindak tegas para pelaku sesuai hukum yang berlaku.
“Kami juga meminta semua pihak, khususnya para orang tua dan guru, untuk meningkatkan pengawasan serta memberikan edukasi yang kuat agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” tegasnya.
Selain itu,DPD GAMKI Maluku menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat di Maluku, untuk menjaga perdamaian dan tidak mudah terprovokasi. “Mari kita bersama-sama menjaga Ambon sebagai kota damai. Jangan biarkan insiden ini memecah belah persatuan dan persaudaraan kita,” tutupnya (KN-05)