Ambon,Kapatanews.com._ Air dan minyak memang tak bisa bersatu. Tapi lewat air lautlah minyak itu bisa tiba di SPBU Leksula dan Ambalau. Bila Landing Craft Tank (LCT) pengangkut minyak yang mengarungi birunya air laut itu rusak maka tetesan minyak pun jadi kering.
Kemacetan itu telah terjadi bertahun-tahun lamanya, seperti yang sudah dialami oleh masyarakat di Leksula dan Ambalau,Buru Selatan.
Derita “Krisis BBM” yang mendera masyarakat pada dua kecamatan ini terjadi sejak macetnya pasokan BBM pada dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sana.
Penderitaan berkepanjangan selama bertahun-tahun akibat kelangkaan BBM ini sudah menjadi keprihatinan besar dari Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Buru Selatan. Wakil Ketua Komisi II La Ari Wally meradang menerjang dibuatnya.–Baca–Distribusi BBM Macet di 3 Kecamatan, Komisi II DPRD Bursel Minta Pertamina Cabut Ijin SPBU.
Bekas Pengurus Pusat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Masa Khidmat 2014-2015 ini, menyatakan siap melaporkan kemacetan minyak ini ke Kantor Pertamina Maluku di Ambon.
Alasan Landing Rusak Tidak Rasional.
Kepada media ini, Erwin Tanaya sang pemilik dua SPBU “Macet” di Ambalau Dan Leksula Buru Selatan memang belum memberi jawaban atas upaya konfirmasi yang telah dilakukan sejak Rabu Malam (18/06/2025).
Langkah membisu seribu bahasa ini pun setali tiga uang sebagaimana sikap Rizal, Bos Pertamina Maluku. Rizal dikonfirmasi sejak Senin,(16/06/2025).
Namun dari info terpercaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Buru Selatan yang diperoleh media ini pada Kamis 19,Juni 2025. Menyebut keringnya tetesan minyak di Leksula dan Ambalau itu akibat rusaknya armada Landing milik Erwin Tanaya, Taipan minyak asal Kota Namlea, penguasa mutlak dua SPBU itu. Hal ini juga mengemuka dalam rapat lintas komisi DPRD Bursel.
Dikalangan pengusaha migas Maluku, Erwin Tanaya, Kader Partai Demokrat yang sudah dua periode jadi Anggota DPRD Kabupaten Buru itu pun. Dikenal amat lihai dalam memuluskan jalan bisnisnya di bidang migas ini.
Keliahaiannya itu dibuka oleh sesama koleganya yang berbisnis migas.
” Masa Landing bisa rusak bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan, sementara kita pengusaha ini sudah kontrak dengan pertamina, maka wajib layani masyarakat. Tidak ada ceritanya minyak macet gara-gara landing rusak” tegas seorang pengusaha migas senior di Maluku.
Pengusaha migas lain di Maluku juga mengakui hal itu,
” Setiap bulan kita ini harus layani BBM /SPBU tanpa alasan apapun, Alasan landing rusak itu alasan yang tidak rasional. karena alasan landing bukan kapal yang diperuntukan untuk muat BBM , kapal yang muat BBM namanya kapal jenis Self Propelled Oil Barge (SPOB)” Ungkap pengusaha migas ini kepada Kapatanews.com. Via Wa di Ambon,Kamis,(19/06/2025).
Kepada Media ini, diungkapkan pula bagaimana Erwin Tanaya begitu lihai meyakinkan pihak pemerintah Kabupaten Buru Selatan akan kemampuannya menyuplai BBM.
“Tahun 2024, Pernah dilakukan rapat dengan Kadis Disperindag Bursel (DS-sekarang mantan kadis). Tanaya menjamin dan meyakinkan bahwa dirinya punya armada kapal” Ungkap Sumber terpercaya itu.
Belakangan, Kapal “Sesumbar” lidah Tanaya itu bukan kapal jenis SPOB, parahnya lagi rusak bertahun-tahun tanpa perbaikan.
Perangai bisnis migas Erwin Tanaya yang misterius ini, ditanggapi oleh sesama rekan pengusaha migas dengan penuh keheranan. Sebab tidak ada dalilnya landing rusak jadi alasan tidak suplay BBM selama bertahun- tahun.
Sebagai pengusaha depot BBM, Tanaya terbukti tidak maksimal dalam melayani rakyat.
Sedangkan pengusaha minyak yang melayani rakyat di pelosok Fena Fafan bisa menunjukan kinerja dan itikad baiknya,kendati tidak punya peralatan memadai.
Bib Alkatiri,Pemilik SPBU Fena Fafan di sudut paling terpencil Buru Selatan bisa menyewa kapal angkut lainnya beserta mobil untuk distribusi BBM sekalipun jalan rusak.–Baca–Bib Alkatiri Bantah SPBU Fena Fafan Macet.
Alkatiri juga menyebut landing (LTC) milik Tanaya yang rusak, telah menjadi penyebab kemacetan suplai BBM ke SPBU Ambalau dan Leksula.
Tanaya justru masa bodoh membiarkan kelangkaan BBM menimpa masyarakat Ambalau dan Leksula selama 2 tahun tanpa memperbaiki atau menyewa kapal angkut BBM lain sebagai alternatif. Ataupun transportir pertamina lainnya.
Sumber lain di Disperindag Bursel Menyebut 4 Tahun sudah “macet” SPBU itu.
Ada juga informasi bahwa BBM Leksula dan Ambalau di jual ke Gunung Botak.
Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Buru Selatan dalam waktu dekat akan menuju Pertamina Maluku guna mengadukan persoalan ini.
Wakil Ketua Komisi II La Ari Wally mengaku pihaknya serius untuk masalah kemacetan suplai BBM pada SPBU Ambalau dan Leksula sebab sangat merugikan masyarakat.
Dirinya menyatakan ketegasan itu di Gedung Parlemen Bursel. –Baca–Distribusi BBM Macet di 3 Kecamatan, Komisi II DPRD Bursel Minta Pertamina Cabut Ijin SPBU.
” Masih banyak kok pengusaha-pengusaha berhati mulia yang mau layani rakyat disini” ucap Ari Wally, Politisi PKB, Nahdiyin Muda dari kaki Gunung Kepala Madan.(KN03).