Saumlaki, KapataNews.com – Forum Cinta Bumi Tanimbar (FCBT) akhirnya memilih opsi dialog dengan pihak Perwakilan Inpex Saumlaki di Hotel Galaxy, Senin (10/11/2025), setelah mempertimbangkan berbagai masukan dari sejumlah pihak.
Pertemuan itu dihadiri oleh beberapa perwakilan FCBT dan diterima langsung oleh tim Perwakilan Inpex Saumlaki yang dikawal aparat Polres Kepulauan Tanimbar. Delegasi FCBT menyerahkan pernyataan tuntutan secara resmi dalam suasana tertib dan kondusif.

Yulius Batmomolin, salah satu delegasi FCBT, menjelaskan bahwa dirinya memilih jalur dialog ketimbang aksi demonstrasi karena mempertimbangkan situasi dan masukan dari sejumlah rekan.
“Kami hadir di sini meminta pihak Inpex harus segera memikirkan serius kebijakan terkait tuntutan yang akan kami sampaikan,” ujarnya.
Menurut Yulius, komunikasi yang baik dengan semua pemangku kepentingan tanpa disertai tindakan nyata dari pihak Inpex dianggap tidak masuk akal.
“Masalahnya, kan ada perwakilan Inpex di Saumlaki, kok orang Tanimbar miskin informasi soal keberadaan dan tahapan progres Inpex,” tegasnya.
Dalam dialog itu, FCBT menyampaikan lima tuntutan utama kepada pihak Inpex. Pertama, transparansi dalam setiap tahapan kegiatan Inpex.
“FCBT menegaskan harusnya setiap tahapan dipublikasikan sehingga masyarakat Tanimbar tahu dengan persis sudah sampai mana dan sejauh mana proyek ini berproses,” jelasnya.
Kedua, mengenai tenaga kerja. FCBT mendesak agar sistem rekrutmen tenaga kerja lokal dilakukan secara transparan melalui kerja sama dengan Dinas Teknis Pemerintah Daerah dan media lokal agar informasi rekrutmen mudah diakses oleh pencari kerja di Tanimbar.
Ketiga, FCBT menyoroti maraknya spekulan tanah di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Mereka meminta Inpex menyampaikan informasi ini secara berjenjang kepada Kementerian ESDM melalui SKK Migas agar tidak terjadi konflik kepentingan di lapangan.
Keempat, tuntutan tentang keadilan sosial. FCBT meminta Inpex membuka lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat lokal serta memastikan program CSR menyentuh pelaku UMKM dan anak muda Tanimbar.
Kelima, FCBT menegaskan pentingnya program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai skema pembiayaan alternatif dalam mendukung pembangunan daerah di tengah berkurangnya Transfer ke Daerah (TKD), terutama bagi program pemberdayaan masyarakat.
Selain lima tuntutan utama, FCBT juga berharap ada sinergitas antara Inpex dan Pemerintah Daerah.
“Khususnya bagi ade-ade lulusan AK Migas, Inpex harus memiliki data by name by address agar memudahkan pola rekrutmen dan pemetaan kelompok usia kerja ke depan,” tambah Yulius.
Sementara itu, Koordinator FCBT Alex Belay menyampaikan bahwa pihak Inpex menyambut baik kedatangan mereka dan terbuka terhadap komunikasi lanjutan.
“Mereka, Inpex, senang dapat berkomunikasi langsung dengan kita dalam semangat Hari Pahlawan hari ini. Kami sempat menjelaskan beberapa hal terkait keberadaan proyek saat ini dan berharap komunikasi semacam ini tetap dilanjutkan,” ujarnya.
Menurut Alex, pihak Inpex juga berjanji akan menindaklanjuti beberapa poin tuntutan yang disampaikan ke pimpinan di Jakarta.
“Pihak Inpex berjanji tentunya ada beberapa poin yang didiskusikan akan ditindaklanjuti tuntutan FCBT ke pimpinan di Jakarta,” tutupnya.
Delegasi FCBT yang hadir dalam pertemuan tersebut yakni Alex Belay (koordinator), Yulius Batmomolin, Hendrikus Narwadan, dan Sipri Buarleli. Dari pihak Inpex Saumlaki hadir perwakilan bernama Hani, Hendro, dan Fendy.
Dialog tersebut berakhir dengan penyerahan dokumen tuntutan secara resmi dari FCBT kepada pihak Inpex, diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai simbol komitmen membangun komunikasi yang efektif ke depan. (KN-07)








