Namrole,Kapatanews.com._Kabupaten Buru Selatan akan memasuki usia 17 Tahun pada 21 juli 2025. Dalam perjalanannya itu tentu punya sejarah sejak masa perjuangan pemekaran dulu.
Cerita perjuangan pemekaran Kabupaten berjuluk “Lolik Lalen Fedak Fena Ini” dalam pandangan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Buru Selatan, dinilai telah mengalami pengaburan fakta yang amat serius.
Hal itu dinyatakan langsung oleh dua orang bekas eksponen Mahasiswa yang aktif berjuang untuk pemekaran Buru Selatan, dan tengah mengemban amanat rakyat sebagai Anggota DPRD Bursel.
Keduanya kini bernaung di Komisi I DPRD Bursel, Yakni Johan Karolus Lesnussa dan Abdul Basir Solissa.
Kepada media ini, di Baileo Rakyat Bursel, Kilo Meter 2, Namrole,Jumat (13/06/2025). Dua wakil rakyat yang sempat mengusung hak interpelasi ini menjelaskan padangannya berdasarkan isi selayang pandang perjuangan pemekaran yang dibacakan saban HUT Kabupaten tiba. —Baca juga —La Hamidi-Gerson Kelola Birokrasi Amburadul Dan Langgar Aturan , 5 Wakil Rakyat Pemberani Buru Selatan Usulkan Hak Interpelasi.
“Bila kita simak dengan seksama isi selayang pandang yang dibacakan setiap acara HUT Kabupaten, maka kita bisa langsung tarik kesimpulan bahwa sudah terjadi pengaburan fakta sejarah yang luar biasa serius” Kata Ketua Komisi I DPRD Bursel, Johan Karolus Lesnussa.
Dijelaskannya tentang peran serta para tokoh pemekaran baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Khususnya tiga Pejuang Pemekaran yang meninggal yakni John Christian Lesnussa, Julius Lesnussa, dan Ismail Solissa. Joles mengaku heran nama-nama paling berjasa itu tak pernah disebutkan.
” Tokoh pemekaran khususnya para tokoh yang meninggal dalam perjuangan itu tidak pernah kita dengar namanya disebutkan dalam selayang pandang yang menceriterakan sejarah perjuangan pemekaran Kabupaten ini. Sebetulnya ada apa ini, sampai Nama bapa John, Bapa Ulis dan Bapa Mail tidak disebutkan dalam selayang pandang itu” Tegas Ketua Fraksi Demokrasi Indonesia Perjuangan di ruang kerjanya.
Dirinya menyebut justru orang-orang yang perannya tidak terlalu signifikan dalam perjuangan pemekaran yang mendapatkan tempat dalam naskah selayang pandang perjuangan pemekaran maupun dalam penghargaan berupa pengabadian namanya pada berbagai fasilitas umum di Buru Selatan sekarang ini.
Mantan Pengurus Pusat GMKI periode 2010-2012 ini pun mengingatkan kembali bahwa semangat awal yang mendasari perjuangan pemekaran Buru Selatan yang terwadahi dalam pembentukan Lembaga Pemekaran Buru Selatan (LPBS) saat itu adalah perasaan senasib sepenanggungan. Tidak kesamaan memandang Suku,Agama,Ras dan Antar Golongan.
Dirinya selain menegaskan Komisi I DPRD Bursel meminta kepada pemda untuk segera merubah isi selayang pandang perjuangan pemekaran Bursel. Dia juga memastikan bahwa pihaknya akan mengawal secara serius hal ini demi penjernihan sejarah kepada generasi.
Sejarah Harus Dijernihkan Dan Penghargaan Untuk Pahlawan Pemekaran.
Senada dengan Joles, Wakil Rakyat asal Waisama-Ambalau, Abdul Basir Solissa juga menegaskan perlunya penjernihan sejarah perjuangan pemekaran Kabupaten Buru Selatan.
” Kita ini berproses saat perjuangan pemekaran dulu. Waktu itu masih Mahasiswa di Ambon, sehingga tahu persis cerita yang sesungguhnya. Bukan seperti yang ada tertulis dalam selayang pandang perjuangan pemekaran yang dibacakan tiap HUT Kabupaten itu” Kata Basir.
Dijelaskannya bahwa pada saat itu semangat orang Buru Selatan untuk harus mekar adalah murni keterpanggilan demi kemajuan daerah ini.
” Kita ini Mahasiswa waktu itu, berjuang murni demi kemajuan daerah. Bersama dengan basudara dari Leksula dan Namrole, Waisama kita betul-betul ingin Buru Selatan segera dimekarkan. Lepas dari Kabupaten induk. Kita berjuang tidak melihat perbedaan, murni anak-anak asli daerah ini. Jadi sejarah perjuangan itu jangan ditulis “raci kuah” seenaknya” Jelasnya dengan nada tinggi.
Kader Partai Kebangkitan Bangsa ini pun menyebut para pejuang yang gugur saat perjuangan itu jangan sekali-kali dihapuskan dari lembaran sejarah utama pemekaran Buru Selatan.
“Keluarga para almarhum pejuang itu tidak minta untuk dihormati, tapi sebagai orang yang tahu diri dan tahu berterima kasih maka jangan kita lupakan peran dan jasa para pejuang pemekaran yang gugur demi berdirinya Kabupaten ini. Saya tegaskan selayang pandang perjuangan pemekaran itu harus ditulis dengan benar. Sebutkan nama dan peran penting dari alm bapa Jhon, Alm Bapa Ulis ,dan Alm Bapa Mail” Tegas Basir , Jumat,(13/06/2025) di Namrole.
Baik Joles maupun Basir menegaskan dalam selayang pandang HUT ke 17 Kabupaten Buru Selatan pada 21 Juli 2025 mendatang, harus ditulis dan dibacakan dengan benar.
” Sejarah jangan direkayasa nanti Daerah ini terima kualat, Harus ada penghargaan kepada para pejuang pemekaran yang gugur saat perjuangan dulu itu” Ucap Basir.
Akhirnya, Ungkapan lama “Sejarah Ditulis Oleh Pemenang” tanpa sadar sudah berlaku diatas tanah ini. Sejarah perjuangan pemekaran Kabupaten Buru Selatan yang bermandikan keringat, darah dan air mata perlahan mulai terhapus tepat dijantung kekuasaan.
Asal saja adagium sejarahwan Spanyol George Santayana ” Barang siapa tidak mengenal sejarahnya sendiri, Maka ia akan dikutuk untuk mengulanginya”. Tidak terjadi diatas tanah ini. (KN03).