Saumlaki, Kapatanews.com – Pemuda Katolik Komcab Kepulauan Tanimbar (KKT) mengecam keras perilaku Marten Fariman, staf Bawaslu KKT, yang membuat pemberitaan memuji Bupati Ricky Jauwerissa sekaligus meremehkan gelar akademik seorang dosen. pernyataan ini dinilai mengancam profesionalisme dan integritas Bawaslu sebagai lembaga pengawas pemilu.
Meskipun Fariman berbicara atas nama GAMKI, statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Kesbangpol yang diperbantukan di Bawaslu menimbulkan kontroversi. Aktivis Pemuda Katolik menilai tindakan itu sebagai bentuk politisasi yang sangat berbahaya.
Beny Samangun Aktivis Pemuda Katolik di Tanimbar menegaskan, “Mau dibilang ini ajang cari muka atau apalah tapi ini sangat keterlaluan. Jangan jadi prajurit digital yang baper karena tujuan pemberitaan adalah mengingatkan pemerintah daerah terkait kebijakan yg dibuat.”ungkapnya.
Pernyataan Fariman memicu kemarahan masyarakat Tanimbar karena dianggap melecehkan dunia akademik dan merendahkan opini kritis. Bawaslu KKT, sebagai lembaga pengawas pemilu, seharusnya netral dan menjaga kepercayaan publik.
“Ketua Bawaslu harus segera mengevaluasi Marten Fariman yang seharusnya netral tanpa harus buat pemberitaan pujian kepada Bupati Kepulauan Tanimbar apalagi sampai meremehkan gelar akademik seseorang. Ini adalah bentuk pelanggaran kode etik yang serius dan dapat merusak citra Bawaslu KKT,” tegas Samangun.
Tindakan staf Bawaslu itu dipandang sebagai warning serius bagi publik: ada potensi lembaga pengawas pemilu terjebak dalam politik praktis.
“Jangan-jangan dia ini yang bermain politik praktis saat pilkada KKT lalu,” tambahnya.
Masyarakat menuntut Ketua Bawaslu bertindak tegas, menunjukkan bahwa lembaga ini tidak tunduk pada kepentingan politik dan tetap profesional.
“Ketua Bawaslu KKT harus membuktikan bahwa Bawaslu KKT dapat menjadi lembaga yang profesional dan berintegritas dalam mengawasi proses pemilihan umum,”tegasnya.
Jika langkah tegas tidak dilakukan, masyarakat menilai Bawaslu ikut serta dalam praktik politik yang merusak demokrasi.
Pemuda Katolik Komcab KKT menekankan agar Marten Fariman dikembalikan ke profesi asalnya sebagai guru Sekolah Dasar, karena berani “mengajar seorang dosen” di tengah krisis guru di beberapa kecamatan, khususnya Wuarlabobar. (KN-07)
“Pro Ecclesia et Patria, Pro Bono Publico,” tutup aktivis itu.








