Catatan Redaksi
Jakarta 10 Juli 2025, bertempat di Kantor DPP Golkar, Slipi Jakarta Barat,sebuah tragedi kelam terukir bagi kekuasan Ramly Umasugi dalam menahkodai Beringin maluku.
Tragedi Slipi ini menjadi sebuah cerita kelam dalam karir Politik seseorang yang sering disapa RU, Ibarat sudah jatuh, ehhh malah tertimpa tangga pula.
Sebelum tragedi ini terjadi, RU dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPD Golkar Maluku sangat meyakini dan percaya diri akan mengalahkan teman-teman Pengurus DPD Golkar Maluku yang melaporkanya ke Dewan Etik DPP Partai Golkar.
Semua cara dipakainya, baik sebelum persidangan maupun dalam persidangan, asalkan ia menang dalam perkara ini. Baginya dalam kamus Politik, kekalahan adalah aib Politik yang akan terus diceritakan sepanjang jalan kenangan.
Dirinya lupa, bahwa Partai Golkar tidak memiliki Tuan atau Penguasa Tunggal, ia juga lupa bahwa Partai Golkar adalah Partai yang memiliki ruang Demokrasi yang sangat besar dengan mengutamakan Kontitusi Partai sebagai Tuan dan Pengusa Tunggal dalam segala kebijakan dan keputusaannya
Kapasitasnya sebagai Ketua DPD Golkar Maluku bukanlah segala-galanya bagi dirinya untuk menguasai Golkar Maluku atau mengatur DPP Golkar di Slipi, Ia masih lelap tertidur sampai lupa jikalau Ketum Golkar saat ini adalah Bahlil Lahadalia
Kepercayaan Diri Yang Hilang Pasca Tidak Lagi Menjadi Bupati
Kepemimpinan Ramly Umasugi diawal tahun pertama 2020-2021 dalam menahkodai Golkar Maluku masih terlihat baik-baik saja. Agenda-agenda organisasi semuanya masih terlihat normal saat konsidasi Partai dalam pelaksanaan Musda-musda DPD II Golkar se-Maluku
Pasca Musda sampai dengan Pelantikan Kepengurusan baru DPD II, perlahan kepemimpinan RU di Golkar Maluku mulai tidak terarah, ketika tidak lagi menjabat sebagai Bupati. Apalagi Menjadi Ketua Partai di Partai sekelas Golkar butuh Energi extra dalam menahkodai Beringin Maluku.
Ketidakpercayan diri RU dalam memimpin Partai Golkar terlihat jelas saat dirinya tidak lagi menjadi Bupati, hal itu dibuktikan dengan ketidakhadirannya di kantor Partai dalam mengkonsolidasi seluruh agenda Partai.
Semua Kebijakan dan keputusan Partai tidak lagi ditempuh melalui mekanisme dan rapat-rapat organsasi tetapi hanya diputuskan sepihak bersama sekrtaris DPD dan beberapa pengurus lainnya.
Karakter Kepemimpinan yang antikritik dan otoriter selama memimpin adalah sebuah ciri khas dari seorang penguasa bukan seorang pemimpin. Partai sekelas Golkar dipimpinya seperti sebuah Organisasi Panguyuban yang tidak memiliki aturan atau Konstitusi Organisasi.
Konsolidasi Partai mandek, Konstitusi Partai hanya dijadikan buku usang yang tidak perlu dibaca dan dijalankan sebagai sandaran dalam pengambilan keputusan, Pelantikan Kepengurusan periode 2020-2025 tidak mampu dilaksanakan sampai dirinya diberhentikan dari jabtanya sebagai Ketua DPD Golkar Malukui (10/07/2025)
Surat Sakti Dewan Etik Akhiri Kuasa Ramly Umasugi
10 Juli 2025 di Kantor DPP Golkar, Dewan Etik DPP Partai Golkar yang di ketuai oleh Prof.Dr.Drs.H. Mohammad Hatta,M.Di,MBA,Ph.D, memutuskan Ramly Umasugi, Abner James Timisela secara sah telah melakukan pelanggran Etik berat dan diberhentikan dari Jabatannya sebagai Ketua DPD dan Sekertaris DPD Golkar Maluku, sedangkan Aziz Mahulette dipecat dari keanggotaan Partai Golkar Maluku.
Keputusan Dewan Etik ini tertuang dalam Putusan Perubahan Dewan Etik Partai Golongan Karya Nomor : 10/DE/GOLKAR/PUTUSAN/VII/2025 Tentang Perubahan Keputusan tentang Laporan Duguan Pelanggaran Kode Etik” yang di lakukan oleh Ramly Umasugi selaku Ketua DPD Golkar Maluku, Abner James Timisela sebagai Sekertaris DPD Golkar Maluku dan Azis Mahulete, Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD Golkar Maluku
Dengan dikeluarkannya Surat Sakti Dewan Etik tersebut, memupus sudah mimpi Ramly Umasugi dan Abner James Timisela yang ingin berkuasa hingga Desember 2025. Keangkuhan dan keserakahan dalam sedikit kuasa itu akhirnya dirontokan hanya dengan sebuah surat sakti dari sebuah Lembaga yang bernama Dewan Etik.
Lembaga itu telah menjawab suasana kebatinan teman-teman Pengurus DPD Golkar Maluku yang selama ini berjuang untuk menegakan Kontitusi Partai. Kini keduanya tidak bisa lagi mengatasnamakan Ketua dan Sekertaris DPD Golkar Maluku
Kini semua itu hanya tinggal cerita kelam yang akan terus diceritakan, bagaimana akhir dari sebuah kisah kepemimpinan yang gagal total dalam sejarah Politik Beringin Maluku.
Sebuah cerita kelam tentang kepengurusan Golkar Maluku yang dinahkodai Ramly-James yang tidak pernah dilantik diawal kepemimpinan dan diakhir kepemimpinan mereka, keduanya tak mampu melaksanakan Musda karena dipecat dari jabatannya oleh Dewan Etik DPP Golkar.