Ambon,Kapatanews.com.-. Perjalanan karir seorang politisi kadang sulit ditebak, ada yang datang sekejap lalu menghilang. Bagai bunga mekar dan layu. Ada pula yang mampu survive ditengah turbelensi politik.
Bila Pahlawan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II Jenderal Douglas Mac Arthur berpidato di hadapan Senat negaranya tentang The Old Soldier Never Dies, Prajurit Tua Tak Pernah Mati. Maka Politisi Senior pun demikian adanya. Tak pernah mati, hanya menepi sejenak.
Ridwan Rachman Marasabessy, sebuah nama yang identik dengan percaturan politik di Maluku. Dalam kancah yang melegendakan namanya itu, Dia tidak pernah mati hanya menepi sejenak.
Wafatnya politisi Golkar Rasyad Efendi Latuconsina pada 5 Januari 2025 lalu, membuat nama Ridwan Marasabessy kembali diperbincangkan publik Maluku. Padahal dirinya meraih suara terbanyak ke tiga hasil pemilu legislatif DPRD Provinsi Maluku Dapil Maluku Tengah tahun 2024 dibawah Aziz Mahulette.
Diperbincangkannya nama Ridwan Rachman Marasabessy sebagai suksesor mendiang Raja Pelauw pada DPRD Maluku oleh publik bukan semata-mata karena laporan indisipliner Aziz Mahulette ke Mahkamah Partai Golkar, namun ada kerinduan sebagian publik untuk melihatnya kembali tampil di Baileo Rakyat Maluku Karang Panjang Ambon.
Ridwan memang sudah lama tak berkantor di Karang panjang, 2009 terakhir kali dirinya jadi “Yang Terhormat” di Karang Panjang. Dia menepi sejenak hampir 15 tahun yang sarat prahara baginya sekaligus mendekatkanya lagi dengan sang Pencipta.
Saat dia menjalani persidangannya di Pengadilan Negeri Ambon, Hakim bertanya apakah dia menyesali perbuatannya.
Ridwan mengaku menyesal, namun dia juga mengaku bersyukur karena lewat peristiwa ini dirinya sebagai seorang muslim menjadi tahu dan ingat bahwa ada kewajiban Sholat 5 Waktu yang harus ditunaikannya.
Hakim dan seisi ruangan yang mendengarnya menjadi heran sekaligus terkagum-kagum padanya.
———–
2 Periode Dinaungi Dewi Fortuna
—
Ada 2 Periode dimana Ridwan Rahman Marasabessy menjadi Anggota DPRD Maluku dalam usia relatif muda disertai pula dengan naungan Dewi Fortuna .
Pertama 1999-2004 lewat mekanisme pengisian antar waktu akibat pemekaran provinsi Maluku Utara.
Kedua 2004-2009, Waktu itu masih pakai sistim nomor urut. Golkar cuma 4 kursi dari Malteng, Ridwan sendiri no urut 5. Tak kebagian kursi, namun menjelang pelantikan tiba-tiba pemilik kursi pertama berhalangan tetap.
Saat itu hanya ada dua kalimat berbahasa arab yang terucap dari lidahnya.. ina Syukur dan Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Yang pasti Ridwan tidak lupa daratan dalam periodenya yang kedua, keluarga dari Mendiang yang digantikan olehnya memperoleh perhatian khusus selama 5 tahun. Kabar terpercaya di Golkar Maluku menyebut gajinya diberikan seluruhnya kepada keluarga itu.
Suatu keteladanan perilaku politik yang sulit ditemukan sekarang ini.
Saat tak lagi menjadi anggota DPRD Maluku, Sempat dirinya datang di Tahun 2016 menemui seorang kawannya di Karang Panjang.
Sambutan hangat seisi gedung DPRD Maluku padanya diluar dugaan. Satpol PP, Cleaning service, wartawan, ASN hingga Sekwan (Alm) Roy Manuhutu turut memberi sambutan hangat pada kehadirannya kala itu.
Seketika cerita penghuni lama kantor itu pada kebaikannya selama menjadi anggota DPRD Maluku dituturkan ulang.
Jarang memang mantan Anggota DPRD Maluku disambut sehangat Ridwan Marasabessy di Gedung DPRD. banyak juga yang dicuekin.
—
Vokal, Eksentrik, Nasionalis , Humanis.
——
Orang dikenal karena karakter, dan Ridwan Rahman Marasabessy selama 10 Tahun menjadi anggota DPRD Maluku dikenal dan dikenang oleh karakternya yang Vokal, Eksentrik, Nasionalis dan Humanis.
Waktu meledaknya peristiwa Harganas 29 Juni 2009 di Ambon, lewat Insiden tarian Cakalele dan pembentangan bendera Benang Raja oleh simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS) dihadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Semua pihak ramai-ramai mengutuki para pelaku yang umumnya berasal dari negeri Aboru, Pulau Haruku, Maluku Tengah.
Tetapi Ridwan Rahman Marasabessy adalah pengecualian, dia justru tampil membela mereka secara argumentatif ke akar persoalan secara sosial.
Dalam ingatan, Kata-katanya masih menggelegar ” Terima kasih Pimpinan. Dari tadi semua yang hadir disini, semua yang sudah bicara Pangdam, Kapolda,BIN, Panitia Harganas, terutama teman-teman anggota DPRD yang terhormat, rata-rata semuanya bicara kutuk orang Aboru, kasi salah orang Aboru, Maki orang Aboru, kambing hitamkan orang Aboru seolah-olah orang Aboru paling bersalah untuk republik ini. Tapi hari ini pak. saya ,Ridwan Rahman Marasabessy, saya bela orang Aboru” Tegasnya kala rapat dengar pendapat di DPRD Maluku usai peristiwa Harganas.
” Kapan bapak-bapak turun ke Aboru, Berapa kali bapak-bapak pergi lihat penderitaan Orang Aboru, pak pangdam ke Aboru berapa kali selama tugas di Maluku, Pak Kapolda berapa kali ke Aboru, Pak Gubernur berapa kali ke Aboru selama jadi Gubernur, Teman-teman DPRD yang dari tadi maki-maki orang Aboru berapa kali ke Aboru, Pak Luthfi (Sanaki) berapa kali ke Aboru , Pak Rury (Moenandar) berapa kali ke Aboru, Saya ini tiap minggu pak ke Aboru, saya jadikan mereka Desa binaan saya selama saya jadi anggota DPRD Maluku, Supir saya Orang Aboru. Dulu ribuan bendera pak mereka naikan dari lautan, pante sampe digunung-gunung, tapi saya bina mereka pelan-pelan, saya sentuh mereka dengan program, dengan dana aspirasi saya, dengan jalan aspal,dengan dialog, dengan pendekatan kemanusiaan sebagai orang basudara. Akhirnya pelan-pelan dong kurangi jumlah bendera yang dong kasi nae tiap 25 april ” Ucapnya sarat sentimentil dalam hening kala itu.
Lanjutnya ” Pak Gub berapa kepala dinas orang Aboru, berapa kepala bidang orang Aboru ?, Pak pangdam dan Pak Kapolda dalam jajaran Bapak berapa anak buah bapak yang perwira orang Aboru ?, tiap kali penerimaan Tentara dan Polisi berapa putera puteri Aboru yang lolos” Tanya Ridwan saat itu.
Ridwan menyebut ” Masalah di Aboru bukan masalah ideologi seperti yang bapak-bapak tuduhkan dari tadi. Itu murni persoalan sosial, persoalan kesejahteraan, persoalan merasa dianaktirikan oleh republik ini”.
Dia mencontohkan pula ” Dulu kampung Pak Karel di Alang itu hobi kasi naik bendera RMS, tapi setelah pak Karel jadi Gubernur Maluku maka sudah tidak ada lagi kan. Mereka dengan sendiri tahu diri bahwa sekarang putera terbaik dari Alang su jadi Gubernur sehingga dong di Alang tidak lagi kasi nae bendera menjelang 25 April. Nah coba pak Karel angkat kadis anak Aboru, Kabag-kabag di dinas-dinas itu Anak Aboru, perhatikan dong pung jalan yang mau putus disana itu, perhatikan dong pung pelabuhan, rumah-rumah yang mau rubuh-rubuh itu pasti dengan sendirinya dong mulai sadar lalu barenti kasi nae bendera RMS. Demikian pula Pangdam dan Kapolda angkat itu Putera Puteri terbaik Anak Aboru jadi Anggota bapak supaya dong jadi sadar dengan sendirinya lalu barenti kasi nae bendera. Yang su bisa orbit jadi perwira angka dong pak ” ucapnya dengan nada keras dan tegas.
” Bukan tiap saat bapa-bapa yang terhormat ini tinggal kasi salah orang Aboru, saya mau katakan pak, sentuh orang Aboru pung hati itu pake hati pak, dong jua manusia yang perlu diperhatikan sama seperti manusia banyak-banyak di Maluku ini pak” kata Ridwan saat itu.
Bekas Ketua KNPI Maluku era KNPI tunggal ini dikenal amat vokal dan kritis selama jadi Anggota DPRD Maluku.
Kini, separuh langkah kakinya tengah diayun oleh kehendak sejarah menuju Baileo Rakyat Maluku, Karang Panjang , Ambon.
Tertatih atau tidaknya, terserah DPP Golkar di Jakarta, Yang pasti sudah banyak kerinduan mau melihatnya kembali bersuara di Karang Panjang sana.
Tinta wartawan juga menunggu pokok-pokok interupsi dan argumentasinya untuk jadi berita.
Yang pasti ” Sebab Rancanganmu Bukanlah Rancanganku Dan Jalanmu Bukanlah Jalanku”, itu sebagian isi kitab Yesaya 55 ayat 8 yang pernah diucapkan Ridwan Rahman Marasabessy kepada Mendiang Leonard Tayl yang kalah tarung saat musda KNPI Kota Ambon tahun 2006. (Redaksi).