Ambon,Kapatanews.com. Entrepreneurship atau kewirausahaan memiliki makna yang lebih dari sekedar profesi pengusaha namun sejatinya Entrepreneurship adalah tentang karakter, tentang jiwa yang pantang menyerah, tentang sebuah kemandirian dan semangat untuk bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain. melalui karya hasil kreativitas dan inovasi. Ditengah tantangan ekonomi global, kita optimis dengan program ASTA CITA Indonesia yang telah ditetapkan, dapat menjawab berbagai persoalan bangsa, khususnya pengentasan kemiskinan dan pengaguran.
Program ini diharapkan menjadi pedoman dalam berbagai kebijakan pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Salah satu yang menjadi kunci melahirkan Generasi Emas yang mandiri, produktif, kreatif dan inovatif dapat dimulai dengan menghidupkan Anmosphere Entrepreneurship dalam sektor Pendidikan.
Hal ini harus menjadi spirit untuk mengoptimalkan self development dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Mindset generasi bangsa harus berubah dalam melihat profesi pengusaha yang memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi, khsusnya pengentasan kemiskinan dan pengangguran, melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam dan sumber daya kreatif.
Spirit ini juga harus dimiliki oleh semua pemangku kepentingan. dalam membangun kolaborasi dan sinergi untuk mempersiapkan sebuah generasi yang mampu menemukan potensi diri, memiliki motivasi yang tinggi untuk mengoptimalkan berbagai sumber daya demi peningkatan kesejahteraan.
Spirit ini juga yang harus dihidupkan di masyarakat sehingga setiap orang dapat mengambil peran dalam melahirkan Entrepreneurship yang berkualitas dan berdaya saing global.
Transformasi Pendidikan yang dapat menghadirkan Atmosphere Entrepreneurship sebagai kebutuhan untuk membangun kualitas generasi bangsa, khususnya jiwa kewirausahaan sejak dini, dapat dimulai dengan Budaya Gemar Menabung di Sekolah. Anak-anak perlu dibangun kemandirian dalam hidup, yang dapat dimulai dengan lingkungan pendidikan yang memiliki budaya kewirausahaan.
Hal ini dapat terwujud melalui kolaborasi dan sinergi Pemerintah, Lembaga Pendidikan, Sektor Jasa Keuangan dan Orang Tua.
A. Budaya Gemar Menabung di Sekolah
Menabung adalah sebuah keputusan seseorang untuk mengalokasikan uang yang dimiliki untuk rencana keuangan di masa depan.
Hal ini berarti bahwa ada komitmen, keputusan disertai tindakan menabung. Dengan menabung, seseorang akan menunda keinginan dan berfokus pada tujuan keuangan masa depan.
Jika kedisiplinan ini menjadi budaya dalam lingkungan sekolah, maka lembaga pendidikan telah memberi ruang bagi tumbuhnya kemandirian anak, rasa tanggung jawab mengelola keuangan pribadi sejak dini, hingga terpenuhinya kebutuhan keuangan di masa depan.
Gemar menabung dapat menjadi hal basic membangun semangat kewirausahaan.
Sejalan dengan itu kebijakan Otoritas Jasa Keuangan RI sebagai regulator sektor jasa keuangan di Indonesia, telah memberikan kemudahan akses kepada pelajar Indonesia khusus anak dapat memiliki tabungan atas nama pelajar tersebut di bank melalui produk SimPel atau Simpanan Pelajar.
Kepemilikan rekening atas nama anak atau pelajar ini akan memberikan rasa bahagia sekaligus bangga karena telah memiliki investasi di usia dini. Rasa bangga terhadap diri sendiri karena mmiliki kemampuan mengelola keuangan sejak dini melalui tabungan, akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak khususnya bagaimana pola hidup sederhana yang terbentuk, keberanian dalam memgambil keputusan ketika menghadapi tantangan, belajar merencanakan masa depan yang dimulai dari hal kecil dan sederhana, bersyukur atas apa yang dimiliki dan menjadi inspirasi bagi orang lain.
Atmosphere Entrepreneurship ini dapat dihidupkan di lingkungan Pendidikan dengan mewajibkan setiap anak memilki rekening tabungan di bank dan atau pendaftaran anak saat masuk sekolah disertai pengisian formulir pembukaan rekening bank sebagai komitmen orang tua dalam mendukung budaya pengelolaan keuangan anak sejak dini di sekolah, dengan saldo disetor diawal pembukaan rekening sebesar Rp5000 untuk bank konvensional dan Rp1000 untuk bank Syariah yang secara otomatis menjadi saldo awal bagi rekening tabungan anak itu sendiri, setelah anak memilik tabungan pelajar dimaksud maka anak data mlai menabung dengan nominal sebesar Rp1000.
Sekolah pun dapat melakukan branding kantin untuk memberikan kemudahan bagi anak dalam menabung di sekolah, tanpa harus pergi ke bank.
Hal ini dapat dilakukan melalui Agen LAKU PANDAI (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif) yang melekat pada pengelola kantin sekolah, sehingga tidak hanya pelajar namun kehadiran Agen Laku Pandai pada kantin sekolah, dapat memberi dampak kepada lingkungan sekitar sekolah, karena keberadaan agen layanan keuangan tersebut dapat juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar lingkungan sekolah, dengan mekanisme atau SOP yang dapat diatur sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah, namun semakin mempererat hubungan sekolah dengan lingkungan sekitar, sekaligus sekolah menjadi agen perubahan pola hidup masyarakat sekitar dan membantu pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang well literate dan inklusif.
B. Creative Day Pada Mata Pelajaran Muatan Lokal di Sekolah
Mata pelajaran Mulok (Muatan Lokal) harus dikemas menarik dengan pendekatan kearifan lokal, yang juga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, muatan lokal harus menjadi pelajaran yang menyenangkan, menjadi hari kreatif (creative day) untuk meningkatkan kemampuan. kreatif anak sekaligus melestarikan budaya lokal sebagai warisan budaya nusantara.
Muatan lokal perlu. dikolaborasikan dengan menghadirkan budayawan, pekerja seni dan para pelaku ekonomi kreatif, untuk berbagi dan menginspirasi anak, agar dapat melihat ekonomi kreatif sebagai peluang masa depan.
Muatan lokal mengusung semangat hari kreatif (creative day) ini, perlu mendapat dukungan dari dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) atau dana sukarela lain, sehingga pelajaran ini, tidak menjadi beban bagi orang tua siswa.
Muatan lokal dalam pendekatan ekonomi kreatif tidak hanya menjadikan anak memiliki semangat wirausaha sebagai modal kerja masa depan, namun juga dapat membangun karakter, keterampilan, dan kecintaan terhadap budaya daerah, dengan demikian maka anak tidak hanya mendapatkan ilmu akademik, tetapi juga wawasan yang lebih luas tentang lingkungan dan identitas mereka sendiri.
C. Entrepreneurship Day (Hari Kewirausahaan) di Sekolah.
Hari Kewirausahaan (Entrepreneurship Day) adalah dampak dari Creative Day pada mata pelajaran muatan lokal. Hari dimana anak akan menjadi pengusaha muda dalam sehari dengan menampilkan bakat, kreativitas, dan berbagai produk ekonomi kreatif yang dihasilkan selama periode pembelajaran tertentu.
Hari Kewirausahaan (Entrepreneurship Day) ini dapat dilaksanakan pada saat pengambilan hasil belajar anak setiap tahun, yang dihadiri oleh orang tua dan stakeholder lainnya. Pengambilan laporan hasil belajar siswa dapat dirangkai dengan menggelar expo, sekaligus menjadi ruang atau market place bagi anak untuk memasarkan hasil kreativitasnya bagi orang tua.
Hasil penjualan tersebut dapat dibagi untuk kebutuhan sekolah yang tidak dapat diakomodir oleh Dana BOS dan sebagian lagi diberikan kepada siswa untuk ditabung pada rekening masing-masing siswa.
Program ini dapat terwujud apabila didukung oleh peran aktif orang tua dalam membantu anak disiplin. mengelola keuangan sejak dini, dimulai dari tabungan di bank dapat berkembang menjadi mengelola resiko melalui asurani, menabung emas dan investasi lain pada sektor jasa keuangan yang diatur dan diawasi OJK, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan rencana keuangan bagi anak, sehingga lahir kemandirian anak dan semangat kewirausahaan.
Disisi lain peran pemerintah sebagai regulator sektor pendidikan juga diharapkan dalam melahirkan kebijakan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan khususnya mempersiapkan generasi emas Indonesia.
—————–
Oleh Stella Matitaputty Sitanala (Certified Financial Planner).
___Penulis adalah Staff Pada Kantor Otoritas Jasa Keuangan,Ambon.