Ambon,Kapatanews.com._ Setiap perayaan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), tentu kita perlu menyisihkan separuh waktu guna melihat yang luput dari pengamatan umum.
Untuk Hardiknas 2 Mei 2025, Kapatanews.com secara khusus menampilkan sepotong cerita tentang figur Guru Teladan dari belahan selatan rimba Pulau Buru.
Pengabdiaannya menjelujur sarat kenangan, dari hijau pegunungan ke biru deru ombak tepian pantai tanah itu.
Bergantian masa kuasa para penguasa Republik dan Propinsi ini, ganti Kabupaten, juga Kadis-Kadis pendidikan dari rezim carateker Rusdi Sangaji kala kabupaten Buru mulai mekar. hingga Kadis pendidikan golongan 3 C rezim minta main berkuasa di Buru Selatan.
———-
—— ” Bu, ini terakhir beta tanda tangan anak-anak pung ijasah, selesai ini beta diganti dari Kepala Sekolah”. Ucapnya suatu malam di 2 bulan lalu.
Rautnya tenang, tak menegang saat menceritakan desas-desus yang kencang berhembus tentang pergantian dirinya pasca kedatangan pasangan Kepala Daerah baru Buru Selatan.
2 Bulan lalu saat arah baru Buru Selatan mulai dipenuhi SK pergantian, SK Mutasi, Surat Tugas plt dan sejenisnya. Guru Semi lebih memilih mengisahkan perjalanannya sebagai seorang Guru.
Dia paham betul, daripada mengutuk kegelapan negerinya, lebih baik merawat pendar terang nyala lilin pendidikan yang sudah dipantiknya lebih dari 2 dekake lalu.
Malam itu, 2 Maret 2025 pada serambi depan rumahnya yang berjendela mirip rumah bekas Gubernur Murad Ismail di Wailela,Ambon. Guru Semi memulai penuturan hikayat pengabdiannya.
—–
Dari SPG Kristen Ambon Ke Kepala Sekolah.
—–
“Bu, beta tamat Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Kristen Ambon tahun 1990, Lalu tunggu 9 taong baru tambus tes pengangkatan guru. Taong 1999 dalam kerusuhan itu beta tambus jadi Guru, Tes di Ambon” kisahnya.
Dia bertugas pertama kali sebagai Guru pada pedalaman pulau Buru, Dikampung halamannya sendiri.
Sekolah Dasar Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen (YPPK) Dr J.B Sitanala, Negeri Fakal,menjadi ladang pengabdiannya yang pertama tahun 2000. Dihabiskannya masa kurang lebih 4 tahun mengajar pada sekolah swasta milik Gereja Protestan Maluku (GPM) di kaki gunung Epararat itu
Tahun 2004, dirinya diperintahkan turun ke pesisir pantai lewat SK pindah yang ditandatangani oleh Kadis Pendidikan Kabupaten Buru Hakim Fatsey.
Desa Waenama kecamatan Leksula, dituju olehnya sesuai perintah dalam SK mutasinya itu. Dari Waenama inilah dirinya mulai membuka sekolah dasar baru yaitu SD Persiapan Negeri Waenama dengan jumlah siswa 24 orang. Setahun kemudian SD persiapan ini resmi berubah jadi SD Negeri pada 17 Juli 2005
” Di Waenama itu beta buka 1 Kelas tahun 2004, atas perintah Kadis Pendidikan Kabupaten Buru Almarhum Hakim Fatsey. Start awal siswa 24 orang, tahun 2005 siswa tambah 19 orang, 2006 tambah lagi 25 orang. Jadi 3 kelas, siswa total 68″ Kenangnya 2 bulan lalu, di malam saat Buru Selatan mencekam dilanda saratnya teror SK pindah.
Lelaki kelahiran leksula 18 Februari 1970 ini, menghabiskan 3 tahun 6 bulan mengabdi di Waenama. Langkah pengabdiannya berlanjut.
Setelah dianggap berhasil dalam mendirikan Sekolah Dasar di Waenama, Dinas Pendidikan Kabupaten Buru memberinya tanggung jawab baru untuk mendirikan sekolah baru di Kilo 9, Namrole.
” Beta maso di Labuang ini 7 Juli 2007, Buru Selatan belum pemekaran. Lalu Dinas kasi SK untuk beta naik bikin SD Persiapan Negeri Kilo 9 tahun 2007 itu” Kenangnya.
SD Persiapan Kilo 9 yang letaknya diperbukitan Namrole itu sendiri berubah statusnya menjadi Sekolah Dasar Negeri pada tahun 2008.
Dengan siswa tahun 2007 berjumlah 15 Siswa, pada tahun 2008 bertambah 17 Siswa, sedangkan tahun 2009 ada penambahan 10 Siswa. totalnya 42 siswa selama dirinya bertugas sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Kilo 9.
Usai itu, dirinya dimutasikan ke SD Negeri Waefusi, Kecamatan Namrole sebagai Kepala Kurikulum Selama 1 tahun lamanya. Lalu singgah juga sebentar di SD Naskat Masnana, Kecamatan Namrole sebagai kepala Kurikulum selama 1 Tahun 6 bulan.
—-
Waekam, Rumah Sesungguhnya.
—-
4 tahun pasca Buru Selatan dimekarkan, Pemerintahan Definitif Tagop. S. Soulisa -Ayub Seleky mempercayakannya untuk sebuah tugas paling bersejarah dan amat berkesan dalam riwayatnya sebagai Guru.
” Bu, 7 juli 2012 beta terima SK sebagai Kepala Sekolah SD Waekam, Sekolah baru mulai deng kelas 1″ Ucapnya penuh girang mengenang.
Sebagai Kepsek, tugasnya membentuk Kepanitiaan untuk mendirikan SD Persiapan Negeri Waekam. di jantung ibukota Namrole, desa Waenono.
” Katong mulai 1 kelas itu menggunakan infrastruktur desa yaitu Balai Desa Waenono, dengan jumlah siswa pada tahun itu sebanyak 29 siswa, Pada tahun 2013 SD Persiapan Negeri Waekam mendapatkan izin Operasional dari bapak Tagob Solissa Sebagai Bupati Buru Selatan dan berganti nama jadi SD Negeri Waekam” Ucapnya berkisah.
Dirinya mengisahkan pula akan pengalamannya jatuh bangun menangani Sekolah di Jantung kota Namrole ini dari 1 kelas menjadi 6 kelas, dari sekolah ” kelas teri” sampai jadi sekolah unggulan, sekolah favorit yang tiap tahun ajaran baru siswanya membludak sampai dia harus putar otak mengadakan 3 kali pembelajaran dalam sehari karena keterbatasan ruangan.
SD Waekamlah, rumah sesungguhnya bagi Guru Semi. Sudah 13 Tahun dia membangunnya sampai jadi mentereng dan membuat banyak hati ingin datang menggantikan dirinya sebagai kepala sekolah.
—–
Guru Bertangan Dingin, Spesialis Buka Sekolah Baru.
—-
Sejak tahun 2018, SD Waekam sudah meraih Akreditasi B. Pada tahun 2020, SD Negeri Waekam ini berubah Nomenklatur menjadi SD Negeri 03 Namrole dengan total jumlah siswa dari kelas I sampai Kelas VI saat ini sebanyak 376 Siswa.
Dari penuturannya, diketahui sejak 3 tahun ajaran belakangan ini. Sekolah yang dipimpinnya tiap tahun ajaran baru selalu jadi primadona.
” Bu, katong seng mampu tampung siswa kelas 1 su tiga taong ini. Bayangkan sampai 70 siswa kelas 1 padahal ada sekolah SD banyak dalam kota ini. Akhirnya harus bikin 3 kelas, Kelas 1 A,B dan C. Sedangkan untuk pembelajaran dengan ruangan yang terbatas itu maka diatur kelas 1 dan 2 pagi jam 7:30 WIT sampai jam 10. Kelas 3 dan 4 dari 10 :30 WIT sampai jam 1. Sementara kelas 5 dan 6 dari 1:30 WIT sampe sore jam 5″ tuturnya.
Dalam 26 tahun mengabdi, ada 6 sekolah yang pernah diabdikan olehnya, Mulai dari SD YPPK Fakal di kaki lereng Eprarat hingga SD Waekam di tepi Teluk Namrole.
3 kali dirinya menjadi orang yang dipercayakan untuk membuka sekolah baru, mulai dari SD Persiapan Waenama, SD Persiapan Kilo 9, Hingga SD Persiapan Waekam.
Ketiganya terus hidup bagai pelita dalam kegelapan seperti nyanyian hymne Guru yang sering disenandungkan itu.
Ketiganya pun sudah jadi sekolah negeri hingga sekarang. Tangan dinginnya sebagai Guru memang berkharisma untuk mendirikan, membangun, menata juga mengembangkan sekaligus merawat sekolah agar terus hidup. Dan SD Negeri Waekam adalah bukti nyata.
Saat ditanya siapa Kadis Pendidikan terbaik selama dirinya jadi Guru, dia menyebut dua nama.
” Bu, Kalo Provinsi itu Dra Renny Soulisa, Kalo Kabupaten ini seng ada dua, satu saja yaitu alm Hakim Fatsey, Mantan Kadis Pendidikan Kabupaten Buru” Ucapnya.
Saat ditanya alasan menyebut dua nama itu, Semi langsung bercerita bahwa Ibu Renny adalah Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku yang mengangkatnya jadi Guru. Sedangkan Hakim Fatsey adalah kadis yang sangat menyayangi para guru.
” Bu, Ibu Reni Soulisa yang angka beta jadi Guru, sedangkan alm Hakim Fatsey itu Kadis yang sayang Guru apalai katong yang dari Buru Selatan ini, antua kasi katong deng uang kalo katong pi urusan di Namlea, antua tahu katong pung susah. Beda deng yang lain-lain apalai yang disini bahaya samua ” ucapnya.
Akhirnya, diatas tanah yang tak mengenal musim semi, Guru Semi sudah menabur benih pendidikan.
Benih yang ditaburinya bermekaran indah bagai bunga Sakura pada musim semi negeri Jepang, negeri yang Kaisarnya ketika kota Hiroshima dan Nagasaki menderita oleh bom Atom Sekutu 6 dan 9 Agustus 1945, masih bertanya berapa Guru yang masih hidup.
Semoga di Negeri yang saban tahun bunga Meranti Merah bermekaran ini, Penguasanya yang Humanis, Agamis dan bermandi isme-isme lain itu masih sempat pula bertanya berapa jumlah guru terbaik yang masih mengabdi.
Kita sudahi naskah ini dengan meminjam “Kamerad” Tan Malaka bahwa tujuan pendidikan itu mempertajam wawasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025. (Redaksi)








