Namrole,Kapatanews.com._
……….” Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi.”………
Itu sebait kalimat paling mahsyur dari Pujangga Inggris William Shakespierre yang melekat dalam karyanya roman Romeo & Juliet.
Mawar dan wanginya sebagaimana disyairkan Shakespierre itu, ada baiknya kita lepaskan dulu karena ditanah ini belum ada semerbak wewangian rosa, cuma ada Sida Dawan, Anggrek asli pulau Buru yang merekah saat matahari pagi menjumpai puncak Tefdula.
Sida Dawan ini kemudian jadi lambang regenchaaf Masarete. Tanpa main-main Anggrek Buru memang sedari dulu, telah temurun berpianak.
Fokus kita sebatas perihal nama bersama artinya diatas tanah tercinta kita. Nama ini pula yang bila kita bawa dalam pemaknaan berbasis kearifan lokal pulau Buru, tentunya punya makna tersendiri.
Bila nama itu dipisahkan menjadi dua suku kata. Laha dan Midi maka Laha berarti Minta, Sedangkan Midi bermakna Main (bermain). secara harafiah dimaknai minta main atau minta bermain.
Andai saja yang meminta untuk bermain – main diatas tanah ini adalah seorang Bupati maka pasti jadinya disebutkan sebagai Bupati laha midi, Bupati minta main.
Itulah arti sebuah nama dibawah Puncak Tefdula tempat Anggrek Buru merekah disapu matahari pagi.
—-
Seusai Retret Magelang, Arah Hilang Dalam Main-Main Yang Brutal.
—-
2 Bulan, terhitung sejak 20 Februari 2025 yang sarat euforia di Jakarta, hingga 20 April yang khusyuk oleh perayaan hari Paskah 2025. Banyak cerita sudah tertuang diatas pelataran sejarah sebuah rezim paling brutal secara tata kelola pemerintahan.
Kebrutalan paling menyolok yang terangkum secara jurnalistik adalah ketika komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Buru Selatan secara kompak menyebut rezim yang berkuasa sekarang ini sangat amburadul dalam pengelolaan pemerintahan. —Baca– Kompak, Komisi 1 DPRD Bursel Sebut Pemerintahan La Hamidi-Gerson Amburadul
Peristiwa itu terjadi pada Senin,17 Maret 2025, di ruang rapat komisi I , Lantai 1 Baileo Rakyat Buru Selatan, Kilometer 2, Namrole.
Juga pada Kamis 17 April 2025, saat Kadis Badan Kepegawaian Dan Sumber Daya Manusia Ridwan Nyio dalam ruang kerjanya menerima penganiayaan dari oknum Timsus Bupati dan Wakil Bupati. –Baca — Kepala BKSDM Dianiaya Timsus Bupati, Anggota DPRD Bursel Dorong Penegakan Hukum.
Padahal dalam Ret-ret Kepala Daerah se-Indonesia yang digelar di Lembah Tidar, Magelang,Jawa Tengah 21 hingga 28 Februari 2025 lalu. Banyak materi berharga yang diberikan demi penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Dari website Lemhanas RI, Materi retret Kepala Daerah difokuskan pada peningkatan kapasitas kepemimpinan dan penguatan wawasan kebangsaan para kepala daerah. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan berintegritas di daerah.
Pembekalan yang diberikan mencakup berbagai aspek, mulai dari pemahaman tugas pokok dan fungsi hingga pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu, retret juga membahas pentingnya sinergi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien.
Para kepala daerah juga akan diberikan arahan mengenai program-program strategis yang perlu selaras dengan visi dan misi masing-masing daerah. Dengan demikian, diharapkan retret ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kualitas pemerintahan di daerah.
Tidak hanya materi kepemimpinan, retret ini juga menekankan pentingnya wawasan kebangsaan. Para kepala daerah dibekali untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dalam menjalankan tugasnya. tujuannya tentu untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta menciptakan pemerintahan yang berpihak pada rakyat.
Hasil positif dari retret Magelang itu bisa kita lihat ketika Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa kembali ke Maluku, dia langsung fokus urus persoalan paling krusial yang dialami oleh Maluku yakni membenahi manejemen keuangan daerah serta melakukan lobi ke kementrian keuangan RI demi penundaan pembayaran hutang Dana SMI yang membebani Maluku serta menyelesaikan utang lainnya khususnya kepada para kontraktor yang telah menyelesaikan pekerjaan di Tahun Anggaran 2024.
Ujung pena Gubernur sama sekali tak menyentuh SK-SK balas dendam, dan balas jasa politik dan hasil percaloan politik seperti di Buru Selatan yang terurai begitu sporadis dan sadis selama 2 bulan ini dari SK mutasi, Surat tugas plt semua eselon di Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Sampai 60 hari ini, hanya ada 1 Surat Perintah Pelaksana Tugas diterbitkan Gubernur Maluku kepada Drs James Thomas Leiwakabessy M.M sebagai Plt Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku. Masa tugasnya cuma 3 bulan —- Baca— GMNI Dukung Langkah Pemprov Benahi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Maluku.
James sendiri Pangkat Golongan ruang – Pembina tingkat 1 IV B, artinya Gubernur betul-betul melihat Meritokrasi, Gubernur bersandar kepada aturan kepegawaian yang berlaku dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan. bukan seperti di Buru Selatan yang amburadul sebagaimana telah diurai dalam rapat komisi 1 DPRD setempat.
Demikian pula kepala-kepala daerah Kabupaten -Kota lain di Maluku, mereka ramai-ramai mengimplementasikan hasil penggemblengan di Lembah Tidar Magelang pada wilayah kekuasaannya masing-masing.
Walikota Ambon dalam 60 hari ini sibuk membenahi kewajiban pemkot untuk membayar utang kepada kontraktor yang sudah menyelesaikan pekerjaannya tahun lalu.
Sedangkan kita bisa saksikan bagaimana Bupati SBT, Bupati Maluku Tengah justru sibuk untuk lobi agar dibantu oleh menteri ESDM RI sehingga dapat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan. Tentu Fasilitas itu sangat membantu nelayan.
Di Buru Selatan, yang terjadi justru bertolak belakang dengan semangat retret Magelang, Sebab tanggal 24 Februari 2025 sewaktu masih berada di Magelang dan belum serah terima jabatan dengan Bupati lama. sudah terbit Surat Tugas Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas salah satunya untuk Plt Kadis Pekerjaan Umum.
Anehnya Surat Tugas itu tertera Namrole sebagai tempat diterbitkannya “surat sakti” ini.
Kebrutalan ini terbuka sewaktu komisi III DPRD Buru Selatan melakukan dengar pendapat dengan mitranya, Senin 24 Maret 2025, di Lantai 2 gedung DPRD Bursel.
” Kadis, SK jadi plt kadis PU itu Bupati kasi kaluar tanggal barapa ” Tanya Anggota Komisi III Vence Titawael pada Plt Kadis PU Syamsul Sampulawa.
Syamsul kemudian menyahut ” tanggal 24 Februari pak dewan”.
Mendengar jawaban itu, Terjadilah kebingungan masal anggota komisi III, ada yang geleng-geleng kepala pertanda heran bin takjub, ada pula yang tersenyum.
Titawael kemudian menanggapinya dengan mengatakan ” Luar biasa berarti, karena tanggal 24 Februari itu Bupati lagi Retret di Magelang tapi ada SK Plt terbit di Namrole, berarti Bupati bisa ada dalam sehari di dua tempat berbeda. Namrole dan Magelang”.
Kepada media ini seusai rapat itu, Titawael menyebut SK Plt tanggal 24 Februari itu dimana Bupati Bursel ada di Magelang tapi Terbit SK di Namrole mengingatkannya kepada kisah Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Miraj.
“Tapi kalo Nabi Muhammad jelas kan naik Buraq dan bersama Malaikat Djibril sehingga bisa bolak balik dari Mekah Ke Yerusalem dalam satu hari itu, Kalo Bupati seng tahu nae apa sehingga dalam 1 hari bisa ada di Magelang dan Namrole ini” Ucapnya berkelakar.
Titawael menjelaskan bahwa dirinya sudah menyarankan dalam rapat komisi III itu agar SK Plt tanggal 24 Februari itu segera dirubah tanggalnya karena terdapat kekeliruan disana.
Sumber terpercaya di BKSDM Bursel menyebut kepada media ini bahwa ada tiga buah Surat Tugas Plt eselon 2 yang terbit 24 Februari 2025.
“Surat tugas Plt kadis PU, Plt kadis BKSDM dan Kadis Keuangan” Ucap sumber itu.
Pada akhirnya kita perlu memaklumi, segalanya seolah menjadi wajar bila memaknainya dalam perspektif kearifan lokal sebagai Laha Midi alias Minta Main.
Negeri yang berfalsafah Mulia Lolik Lalen Fena Fena, Satukan Hati Bangun Negeri ditangani dengan cara main-main.
Hasilnya bila kita lihat komposisi birokrasi yang terbentuk dalam 2 bulan ini jauh dari semangat Lolik Lalen Fedak Fena, Jauh juga dari pemahaman kesejarahan dan semangat awal terbentuknya Kabupaten Buru Selatan.
—–
Bupati Kecil Dan Perwira Penghubung.
—–
Di Cina ada pepatah klasik bahwa Perdana Menteri boleh lemah tapi Kaisar tidak boleh, karena bila Kaisar lemah maka negara akan dikendalikan oleh Perdana Menteri dan Kaisar cuma jadi pajangan indah diatas tahta istana.
Agar Kaisar tak lemah maka dia harus menunjukan karakternya sebagai seorang pemimpin terutama Kebijaksanaan disertai ketegasan dalam bertitah, titahnya itu tak bisa diganggu gugat oleh siapapun termasuk Perdana Menteri.
Akibat lemahnya Kaisar maka dalam 2 bulan ini, menghembus kencang desas-desus yang sudah naik tingkat jadi opini miring tentang munculnya sosok Bupati Kecil dan Perwira Penghubung.
Keduanya terlibat perang dingin bagai kisah perseteruan Uni Soviet-Amerika Serikat di masa lalu.
Keduanya berlomba-lomba untuk menguasai struktur birokrasi dengan mendudukan orang-orangnya. Mulai dari bendahara dinas hingga Plt Kadis, mulai dari Penjabat (Pj) kades hingga Plt Kepala Puskesmas dan Kepala Kecamatan.
Keduanya bernaung satu partai politik, dan sama-sama pula tanam pos di kantor Bupati.
Supaya elok dibaca, maka kita sebut saja Bupati Kecil ini Mr B. Sedangkan Perwira Penghubung ini Mr A.
Istilah Bupati Kecil dan Perwira Penghubung ini sendiri lahir dari obrolan di Gedung DPRD Buru Selatan sebelum lebaran kemarin.
Kalau dulu waktu memuncak perang dingin Uni Soviet-Amerika Serikat ada Penyanyi Elthon Jhon dari Inggris yang bisa muncul dengan Kidung Legendarisnya berjudul Nikita.
Maka untuk perang dingin Buru Selatan antara Bupati Kecil versus Perwira Penghubung ini, nampaknya tidak akan muncul nyanyian yang meneduhkan batin. Sebab kita tak lagi bisa mengandalkan nyanyian Bunga Leksula. Putera-putera Leksula dalam birokrasi “Laha Midi alias Minta Main” ini hanya jadi pelengkap penderitaan dari perang dingin yang tersaji.
Mereka tenggelam diatas tanah sendiri hanya gara-gara hasil pilkada kemarin hasil suara LHM-GES se-Kecamatan Leksula kalah dari Pasangan SMS-Beno dan WallyNussa.
Persoalan substansial dalam politik, kalau tanpa suara orang di Kecamatan Leksula maka apalah arti selisih 337 suara yang dibanggakan itu. Yang katanya menumbangkan dinasti, mengakhiri status quo rezim berkuasa 16 tahun.
Ini Anomali Politik paling brutal se-Maluku dalam sejarah, tapi itulah fakta.
Janji dalam pidato politik memang tak seindah ketika dilaksanakan. Kecuali bermain-main.
—–
Arah Baru Buru Selatan Dalam Semangat Minta Main.
—–
Dalam 60 hari, Arah Baru Buru Selatan bermandikan semangat Laha Midi Alias Minta Main ini sudah bisa diprediksi kemana kiblatnya, sebagaimana MUI meneropong hilal dilangit untuk penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal.
Lebih banyak kegiatan seremonial yang secara substansial tidak membawa dampak signifikan menuju realisasi visi-misi dan janji-janji kampanye pilkada lalu.
Kegiatan itu difollow up dan di blow up oleh para loyalis buta, dibuat seolah-olah begitu agung dan heroik, bahkan program nasional Sekolah Rakyat dari Presiden RI pun dipoles seolah-olah hasil lobi pemerintah daerah. Padahal duduk manis saja di kursi, pihak kemensos RI turun langsung di Namrole untuk cek and ricek.
Gaya pencitraan yang ditonjolkan semacam ini tentu akan membosankan bagi rakyat yang rindu jalan dan jembatan untuk dilewati saat musim timur dan amuk gelombang nanti memporak-porandakan lautan Buru Selatan. —Baca—Langganan Kecelakaan Laut, Anggota DPRD Bursel Tantang LHM -GES Wujudkan Janjinya
Gaya pencitraan “kampungan” semacam ini tentunya tidak layak lagi dipertontonkan dalam bingkai daerah yang katanya mau dibangun dengan hal-hal manis, semisal Humanis, Agamis , dan segala is-is yang tertera dalam visi misi itu. Kecuali dalam semangat Laha Midi alias Minta Main, karena segalanya serba main-main.
Akhirnya, dengan gaya kepemimpinan main-main seperti ini Buru Selatan tentu akan semakin gelap karena obor dasa cita (visi-misi) yang sedianya mau menerangi itu sudah mati sejak awal karena disapu angin “minta main”.

Mau diulas sepanjang dan sedalam apapun toh sia-sia belaka karena segalanya serba main-main dalam semangat Laha Midi alias minta main. Asal saja masa depan negeri ini tidak berakhir tragis sebagaimana William Shakespierre menuliskan ujung tragedi pada Romeo dan Juliet.
Kita sudahi minta main ini dengan mengambil George Van Buchn,….. “Orang-Orang Yang Mengkritisi Kita, Sejatinya Adalah Pengawal Jiwa Kita Yang Bekerja Tanpa Dibayar”….
Katakanlah Kebenaran Itu Kendati Pahit. (Redaksi).