Ambon,Kapatanews.com- Senin, 19 Agustus 2025, Provinsi Maluku memasuki usia ke-80. Sebuah usia yang matang, yang mestinya tak hanya dirayakan dengan upacara di Lapangan Merdeka Ambon, tetapi juga dijadikan momentum refleksi: sudah sejauh mana Maluku berjalan, dan ke mana arah Maluku akan dituju.
Tema perayaan, “80 Tahun Maluku: Merajut Harmoni, Membangun Negeri”, bukan sekadar hiasan spanduk. Ia adalah pesan keras: harmoni yang dirajut mesti nyata, bukan retorika; pembangunan yang digaungkan harus terasa, bukan sekadar janji. Sebab, Maluku tidak boleh hanya menjadi penonton ketika provinsi lain berlari meninggalkan kita.
Abubakar Karepesina, S.E., CEO POLAM, dalam rilisnya kepada media ini, Rabu (20/08/2025) mengatakan pidato Gubernur Hendrik Lewerissa, harus dimaknai dengan semangat Pattimura, Martha Christina Tiahahu, dan pahlawan lainnya—bahwa persatuan, pengorbanan, dan cinta tanah air adalah sebuah fondasi Maluku.
Pesan itu, bagi saya, adalah peneguhan kembali roh Lawamena, keberanian berkorban sedikit demi sedikit demi mempertahankan yang lebih besar.
Namun, pertanyaannya: apakah kita sungguh-sungguh berani kembali ke akar—menanam, mengolah, dan mengonsumsi hasil bumi sendiri? Apakah kita rela bergandengan tangan melampaui sekat-sekat kepentingan untuk membangkitkan Maluku? Tanya Andar
HUT ke-80 seharusnya menggugah seluruh rakyat Maluku untuk bergerak. Maluku hanya bisa bangkit jika potensi daerahnya digerakkan dengan gotong royong. Indonesia hanya dapat dikatakan benar-benar maju apabila Maluku turut memberi kontribusi nyata.
Karena itu, saya mengajak seluruh masyarakat Maluku—bersama Gubernur dan Wakil Gubernur—untuk menjaga harmoni sosial, memperkuat persatuan, dan menyalakan kembali semangat orang basudara. Inilah tugas sejarah kita: mewariskan Maluku yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Dirgahayu Provinsi Maluku ke-80. Saatnya merawat harmoni, saatnya menjemput kebangkitan (KN-05)
